Telp. (024) 7691 7578 / HP. 085640-750440 Solikin / HP. 085640-398242 Suratman
Kerja
sama usaha akan berdampak jauh lebih luar biasa, bahkan saat harus
dilakukan dengan pesaing sekali pun. Untuk itu, butuh ketetapan hati dan
kesalingterbukaan, sehingga kerja sama akan berujung saling menguatkan.
Dalam
dunia bisnis, kompetisi adalah sebuah hal yang biasa terjadi. Tak
jarang, banyak yang kemudian menghalalkan segala cara untuk menjadi sang
pemenang. Terkadang, cara kurang baik pun ditempuh demi meraih tujuan
sesaat. Salah satunya, dengan “perang” pencitraan di media. Saat sebuah
produk beriklan di media massa, sang kompetitor dengan caranya sendiri
segera membuat iklan tandingan yang kadang terasa sangat menohok.
Akibatnya, yang terjadi adalah perang di media yang tak ada ujungnya.
Tapi,
di era yang semakin terbuka, di mana kemajuan teknologi informasi makin
mendominasi, sepertinya era kompetisi semacam itu makin terkikis.
Bukannya tidak terjadi lagi, tapi kini jauh lebih efektif membesarkan
usaha dengan cara kolaborasi dibanding kompetisi. Daripada
“berdarah-darah” saling bersaing tanpa ujung, perusahaan dengan usaha
sejenis—atau perusahaan yang bisa saling melengkapi—kini banyak yang
memilih untuk bersatu dan bekerja sama.
Saya jadi
teringat sebuah ungkapan yang dulu pernah terlontar dari salah satu
rekan pengusaha. “Kalau kompetisi hanya mengakibatkan buang-buang biaya,
mengapa tidak diajak kolaborasi saja?” Sepertinya mudah. Tapi,
kolaborasi semacam itu—apa pun istilahnya, mulai dari merger, akuisisi,
atau kerja sama antar lini usaha—tetap butuh ketetapan hati dan kejelian
untuk meraih hasil maksimal. Apalagi, kalau kerja sama dianggap
menguntungkan satu belah pihak saja. Bisa jadi, niatan kolaborasi malah
berujung kembali pada kompetisi, bahkan malah menjadi-jadi. Karena itu,
dalam bekerja sama antar perusahaan, perlu pikiran jernih, visi ke depan
yang jelas, hingga kemampuan bersinergi satu sama lain.
Ada
sebuah ungkapan dalam bahasa Tiongkok yang mungkin bisa menjadi
“pegangan”, yakni 同心協力 tóng xīn xié lì yang arti harfiahnya bersatu hati
bekerja sama. Dalam konteks ungkapan tersebut, yang bersatu bukan hanya
“fisik”, tapi juga “hati” atau kesamaan visi dan misi. Makin padu padan
pandangan dan pikiran tentang masa depan yang sama, biasanya kolaborasi
akan berjalan lebih maksimal. Sebaliknya, jika ada sebuah
“ganjalan”—apa pun bentuknya—jika tidak diwaspadai, bisa jadi kolaborasi
malah berujung pada kematian usaha lebih dini.
Mungkin
pernah kita ingat, bagaimana kasus “nyaris”-nya kolaborasi antara Air
Asia dengan Batavia Air. Saat itu, Air Asia yang dikenal sebagai salah
satu usaha penerbangan dengan biaya rendah (low cost carrier) hendak
mengakuisisi Batavia Air. Perjanjian sudah disepakati. Namun, di tengah
jalan, kerja sama tersebut dibatalkan. Banyak orang bertanya-tanya. Hal
itu ternyata terjawab setelah Batavia akhirnya dinyatakan bangkrut dan
kini tak beroperasi lagi. Air Asia rupanya menyadari bahwa kolaborasi
tersebut tak dimungkinkan karena kondisi Batavia yang sudah sempoyongan.
Tengok
pula “kasus” kolaborasi yang dilakukan Apple dan Samsung. Dulu, Samsung
adalah salah satu penyuplai beberapa komponen Apple, terutama untuk
produksi iPhone-nya. Namun belakangan, kolaborasi tersebut malah
berujung pada adu hak paten. Ujungnya, terjadi peperangan antara kedua
brand smartphone teratas di dunia tersebut. Hingga kini, belum pasti
siapa yang “benar” dan “salah”. Namun yang pasti, persaingan tersebut
disebut-sebut telah membuat kerja sama apik di antara keduanya—saat
masih saling mendukung—menjadi persaingan yang kini seolah tanpa akhir.
Sebaliknya,
kolaborasi yang dilakukan dengan ketetapan hati untuk maju bersama
sering kali juga menjadi sebuah solusi luar biasa untuk meraih
keberhasilan yang lebih cepat dan lebih gemilang. Lihatlah misalnya apa
yang dilakukan oleh beberapa raksasa teknologi informasi di dunia,
Facebook, Ericsson, MediaTek, Nokia, Qualcomm, dan Samsung, yang
berkolaborasi membuat Internet.Org. Ini semacam kegiatan corporate
social responsibility beberapa perusahaan besar tersebut untuk
menyediakan akses internet yang lebih terjangkau bagi masyarakat dunia.
Organisasi bentukan mereka ini akan engusahakan dua pertiga bagian
populasi dunia yang belum terkoneksi agar bisa terjangkau jaringan
internet, dan memberikan peluang yang sama dengan mereka yang telah
menikmati akses internet untuk mendapat akses yang lebih baik.
Secara
nilai kompetitif, beberapa perusahaan tersebut bersaing baik langsung
maupun tidak. Namun, dengan kolaborasi yang mereka lakukan melalui
proyek Internet.Org tersebut, sejatinya mereka juga sedang bekerja sama
untuk meraih keberhasilan di bidangnya masing-masing. Bayangkan, dengan
akses internet yang makin meluas, bisnis semua perusahaan berbasis
teknologi informasi tersebut sudah pasti akan mendapat dampak positif,
terlepas dari persaingan—langsung dan tak langsung—di antara mereka.
Di
Indonesia sendiri, kolaborasi semacam itu sering kali juga tampak di
beberapa asosiasi, mulai dari asosiasi pengusaha properti, retail,
hingga otomotif. Berbagai merek yang dalam kondisi “normal” akan saling
bersaing merebutkan konsumennya masing-masing, namun dalam asosiasi yang
melindungi berbagai kepentingan mereka, semua merek tersebut akan
bersatu. Apalagi, jika menyangkut kebijakan yang akan berdampak pada
usaha mereka. Kesatuan kepentingan dan kesamaan visi untuk keberhasilan
usaha bersama akan menjadikan kolaborasi dan kerja sama saling
menguntungkan menyatukan banyak pihak.
Dengan
kolaborasi yang saling memahami, saling mengerti, dan saling mengilhami,
sebuah usaha akan jauh lebih berkembang. Tentu, butuh sinergi untuk
saling terbuka satu sama lain, sehingga kerja sama benar-benar
melahirkan kesatuan dari “hati”. Butuh komunikasi yang intens dan jauh
dari rasa saling curiga satu sama lain. Butuh pengertian mendalam bahwa
kerja sama memang dibuat bukan untuk menjatuhkan, namun untuk saling
menguatkan. Dengan begitu bersatu hati bekerja sama, bukan sekadar
slogan semata. Namun, akan melahirkan kerja sama untuk kebaikan semua.
Sumber : www.andriewongso.com
TRUSTCO NUSANTARA
Gg. Salak, Muntal, Gunungpati
(024) 7691 7578
085640750440 Solikin
EmoticonEmoticon