Senin, 04 Maret 2013

Segigih apa Anda memperjuangkan karir?

Siapapun diri kita pasti mendambakan karir yang lebih baik dari hari ke hari. Pada kenyataannya tidak semua orang mengalami hal tersebut. Ada sebagian orang yang dia bisa naiak karirnya dalam waktu yang singkat, sebagian lagi bertahun-tahun tetap itu-itu saja jabatnnya. Sebuah tuliasan DeKa (Dadang Kadarusman) yang saya terima dari mailist beliau cukup membuat mata kita terbuka. karir bukan sekedar sebuah jabatan yang bergulir seiring waktu. Lebih dari itu, karir adalah prestasi kerja dan kemauan belajar juga pembelajaran dari atasannya. baik, langusng kita simak saja uaraian beliau.

Indikasi jika karir kita berjalan dengan baik adalah; ada perbaikan posisi alias jabatan kita. Sudah berubah lebih baik dibandingkan dengan ketika kita memulai karir di perusahaan ini dua tahun yang lalu. Jika sudah berkarir disini lebih dari 2 tahun. Namun posisi kita masih disitu-situ saja, maka mungkin kita perlu bertanya kepada diri sendiri; Apakah saya sudah cukup gigih dalam memperjuangkan karir ini? Iya dong. Sebab jika posisi kita tidak berubah, maka mungkin; karir kita hanya berjalan di tempat. Kelihatannya saja baik-baik saja. Kita seneng setiap hari bekerja disana. Punya banyak teman yang menyenangkan. Tapi, kita tidak sadar jika sebenarnya karir kita tidak ada perkembangan. Itu tandanya, kita mesti lebih gigih berjuang.
Beberapa waktu yang lalu, saya memfasilitasi training 2 hari untuk salah satu klien kami. Salah satu pokok bahasannya hari itu adalah tentang pengembangan karir. Di saat kami sedang istirahat, salah seorang peserta menghampiri saya dan bercerita jika dirinya baru bekerja belum genap setahun di perusahaan itu. Sebelumnya, dia bekerja di perusahaan yang juga besar. Di perusahaan lama, dia sudah mendapatkan ruangan sendiri. Anda, tentu mafhum bahwa orang yang mendapatkan ruangan sendiri di gedung perkantoran mahal tentulah bukan orang sembarangan. Atau, minimal fungsi yang dimainkan orang itu sangat penting. Sehingga perusahaan, mau menginvestasikan ruangan kerja khusus untuknya.
Teman saya ini mengomentari tentang topik yang baru saja saya bawakan dalam sesi sebelum istirahat. "Selama dua bulan setelah saya keluar, jabatan yang saya tinggalkan masih belum ada penggantinya Pak…" kata beliau. Tentu saja. Tidak mudah bagi perusahaan untuk mendapatkan pengganti talenta handal dalam posisi penting, bukan? Nggak gampang dapat penggantinya. "Tapi beberapa waktu lalu, teman saya di kantor lama menelepon," begitu beliau melanjutkan. "Katanya. Sudah ada orang yang menggantikan saya."
Saya mendengarkan. Untuk mengetahui cerita selanjutnya. Karena saya yakin bahwa pembicaraan itu belum sampai pada hal paling menariknya. Dan saya benar. Begini teman baru saya ini meneruskan;"Bapak tahu nggak," katanya. "Siapa yang menggantikan saya?"
"Hmmh…, saya khawatir pertanyaan itu terlalu sulit untuk bisa saya jawab…" begitu saya bilang. Lagi pula, menjadi trainer  tidak berarti harus tahu semua jawaban atas setiap pertanyaan, kan?
"Ternyata yang menggantikan saya adalah Office Boy di kantor kami Pak." Lanjutnya. Nah, inilah bagian paling menariknya. Top management berbulat hati untuk mempromosikan seorang office boy menggantikan posisi penting yang ditinggalkan oleh seseorang.
"Jadi memang benar apa yang tadi Bapak katakan itu…" lanjutnya.
"Baiklah," saya bilang. "Berarti dalam training ini saya tidak membualkan jargon dan omong kosong, kan?" Saya memang paling takut jika menjadi trainer hanya untuk mengatakan sesuatu yang tidak bernilai. "Namun barangkali Bapak bisa menceritakan tentang Office boy itu. Hingga dia dinilai layak untuk menggantikan Bapak?" begitulah pertanyaan saya selanjutnya.
Lalu sahabat saya ini menceritakan. Bahwa dirinya sering sekali bekerja sampai malam. Dan di kantor, dia sering hanya ditemani oleh office boy itu. Yang semestinya sih, pegawai kecil seperti dirinya sudah sejak tadi pulang ke rumah. Bukankah kebanyakan karyawan lainnya juga sudah pada pulang? Malahan tidak sedikit orang-orang yang sudah beruntung mendapatkan pekerjaan dan posisi yang baik, tapi punya kebiasaan teng-go, kan? Office boy ini, terus bertahan di kantor.
Banyak juga kok professional yang tidak teng-go. Betul. Tapi apa yang dilakukannya setelah jam kantor itu? Biasalah, menunggu sampai kemacetan mereda. Atau mengisi waktu luang dengan membuka-buka internet. Atau, membunuh waktu dengan bermain game online. Atau, nongkrong di warung kopi sambil ngerumpi. Setidaknya, begitulah pemandangan yang sering kita temukan di kantor-kantor di Jakarta.
Sang office boy yang kita ceritakan itu beda. Setelah jam kantor usai. Dia mengetuk pintu ruang kerja teman baru saya ini. Lalu bertanya;"Pak, bolehkah saya bantu-bantu Bapak?"
Pada awalnya, pertanyaan itu menghasilkan respon berupa pertanyaan juga. "Emangnya kamu bisa bantu apa?" Wajar dong, jika teman saya bertanya demikian.
"Apa sajalah Pak," jawabnya. "Yang penting saya bisa belajar dari Bapak….."
Maka jawaban itulah yang kemudian membawa office boy itu kepada petualangan after office hour yang melampaui jabatan dan kedudukannya sebagai pegawai kecil. Dia, memiliki mental dan kegigihan yang besar untuk memperjuangkan karirnya. Teman saya bercerita bahwa hampir selama setahun, proses itu berlangsung. Dan selama setahun itu, sang office boy menunjukkan kemampuan belajar yang sangat tinggi sehingga setiap hari, dia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Sekarang dia bisa diberi tugas yang lumayan penting untuk diselesaikan.
Tak sekali  pun orang itu bertanya;"Bayaran saya nambah nggak dengan mengerjakan tugas-tugas tambahan ini?" Padahal, itu adalah pertanyaan standar yang sering sekali diajukan oleh kaum professional yang mendapatkan tugas tambahan.
Dia. Fokus saja terus kepada proses belajarnya yang tanpa mengharapkan imbalan apapun. Dia sadar, jika jabatannya saat ini terlampau rendah jika dibandingkan dengan mayoritas karyawan di perusahaan besar ini. Bahkan sering dianggap remeh. Disepelekan. Atau dipandang sebelah mata. Dan dia sadar. Bahwa perbaikan dalam karirnya hanya bisa dia sendiri yang memperjuangkannya. Sungguh. Dalam posisinya yang tidak semua orang mau menerima pekerjaan itu, dia telah benar-benar menjalankan perintah Tuhan yang diabadikanNya dalam surah 13 (Ar-Ra'du) ayat 11; "Sesungguhnya Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum mereka sendiri mengubahnya….."
Ayat itu jelas sekali menggambarkan bahwa perbaikan nasib dalam karir kita itu, tidak bisa diserahkan kepada orang lain. Tidak bisa dititipkan kepada top management. Tidak bisa digantungkan dengan harapan agar para atasan memikirkannya untuk diri kita. Apalagi sekedar mengadukannya melalui doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan. Kita sendirilah yang mesti memperjuangkannya. Karena tidak ada orang yang paling berkepentingan dengan pertumbuhan diri kita. Dengan perkembangan karir kita. Selain diri kita sendiri.
Hari itu. Saya memang yang bertugas menjadi trainer untuk para peserta di kelas training saya. Namun, pada hari itu. Saya sungguh belajar banyak dari cerita tentang office boy yang gigih memperjuangkan karirnya itu. Hingga dia dipilih top management untuk menggantikan posisi kosong yang ditinggalkan oleh salah seorang talenta penting di perusahaan. Nyata sekali jika sesungguhnya posisi kita saat ini bukanlah faktor paling menentukan untuk posisi kita dimasa depan. Kegigihan kita saat menjalani hari-hari kerja inilah yang sangat menentukannya. Karena apapun yang kita lakukan sekarang, sangat menentukan masa depan kita. Dan apapun yang kita perjuangkan untuk memperbaiki karir masa depan, menjadi bahan penilaian dari Tuhan; Apakah kita layak mendapatkan pertolonganNya demi perbaikan nasib atau tidak. Sebab Tuhan, suka sekali kepada orang yang gigih. Memperjuangkan nasibnya. Lalu Dia. Mengirimkan pertolongan, untuk memudahkan jalannya.
Apakah Anda menginginkan perbaikan karir dimasa depan? Tentu saja. Dan apakah Anda sudah gigih memperjuangkannya saat ini? Jika belum. Mulailah sekarang. Jadilah orang yang gigih berjuang. Bukan hanya bekerja sebatas untuk menyelesaikan tugas-tugas harian. Bukan pula untuk sekedar memenuhi kewajiban. Juga, bukan bekerja untuk mengejar-ngejar tambahan penghasilan. Mulailah bekerja seperti office boy itu. Yaitu, bekerja untuk terus mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya. Karena ketika kita bekerja dengan spirit seperti itu, maka kita tidak terlalu peduli lagi dengan bayaran. Kita tidak terlalu mempermasalahkan lagi besar dan kecilnya imbalan. Kita, fokus saja kepada aktualisasi kapasitas diri.
Tidak usah khawatir dengan imbalan yang tidak bertambah karena kita bekerja extra sahabatku. Karena pekerjaan ektra itu melatih kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hal itu pun sudah menjadi imbalan tersendiri bukan? Tentu saja. Karena untuk setiap usaha yang kita lakukan, selalu ada imbalannya. Bahkan dalam ayat yang sama pun, Tuhan sudah mengisyaratkan bahwa untuk setiap manusia, ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya secara bergiliran, dimuka dan dibelakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Bukankah firman ini menegaskan kepada kita bahwa pada saat kita sedang gigih berjuang demi perkembangan diri dan karir kita, ada malaikat yang senantiasa menjaga kita. Dan menolong kita, agar bisa sampai kepada apa yang kita cita-citakan?  Maka mari sahabatku. Lebih gigih lagi dalam berjuang. Dan biarlah Tuhan, yang memudahkan jalannya. Untuk kita. Insya Allah.


EmoticonEmoticon