Selasa, 08 Oktober 2013

Public Speaking: Seni ketrampilan berbicara yang tak pernah lekang

"Zaman seni berpidato (public speaking) belum berlalu; tidak akan berlalu..... Selama masih ada hak-hak manusia yang perlu dibela, selama masih ada keinginan untuk dilindungi, selama kesejahteraan bangsa merupakan masalah yang perlu didiskusikan, selama itu pula seni berpidato tetap memiliki tempat"
Sembilan puluh delapan tahun yang lalu perkataan itu diucapkan oleh William Jennings Bryan. Hingga saat ini terbukti bahwa ketrampilan berbicara tetap merupakan hal penting yang harus dikuasai. Memang, dengan berkembangnya media komunikasi, cara orang berkomunikasi berubah. Kalau zaman dahulu untuk menyampaikan harus berada di lapangan terbuka. mengumpulkan ribuan orang agar semuanya bisa mendengar. Saat ini cukup berada di depan kamera, dan dengan koneksi internet seantero dunia bisa mengikuti pidato sang tokoh.

Dalam skala kegiatan sehari-hari, aktifitas berbicara di depan publik ini juga tidak bisa dihindari. Apapun profesi Anda. Jika Anda seorang pimpinan, Anda harus mampu berbicara memberikan pengarahan pada bawahan. Seorang akuntan harus mampu menjelaskan deretan angka-angka yang ada dalam lembar kerjanya. Seorang arsitek, seniman, ilmuwan, akan lebih dihargai jika mampu memberikan diskripsi menarik tentang karyanya. Namun sayangnya, aktifitas berbicara di depan pulik ini masih menjadi hal yang menakutkan. Menurut sebuah penelitian di USA, ketakutan berbicara menempati peringkat 1 di atas ketakutan akan ketinggian, masalah keuangan, bahkan kematian.

Di sisi lain, kita semua tahu seberapa besar manfaat dari ketrampilan Public Speaking ini. Dalam karir, dalam profesi, dalam kehidupan social, di berbagai keorganisasian, dan lain-lain. Makanya kemudian banyak bermunculan pula pelatihan, kursus atau sekolah yang mengajarkan hal ini.
Semakin dalam saya mempelajari skill ini, semakin saya yakin bahwa kemampuan dan kemauan melatih diri untuk mampu bicara di depan publik dan menyampaikan pesan-pesan bermakna dengan cara yang atraktif, ternyata dapat mengakselerasi banyak skill lain. Pada ujungnya, akan terbangun  skill tampil secara utuh dan solid di depan publik kapanpun dan dimanapun.
Solid dan utuh itu artinya bahasa tubuh, artikulasi, tonasi, dan kedalaman pesan yang disampaikan yang keluar dari hati, akan terproyeksikan keluar dan ditangkap oleh audiens. Untuk itu dibutuhkan pemahaman yang lengkap tentang fokus pesan dari organisasi yang diwakili atau nilai-nilai pribadi yang memang ingin disuarakan.

Dengan demikian, bagaimanapun ‘sulit’nya sikon – pertanyaan susah, berada dalam posisi canggung, diserang oleh kritik yang tidak obyektif – kita tetap bisa solid dan utuh. 

Para politisi, kader partai, calon wakil rakyat, pemimpin organisasi besar, termasuk karyawan, mahasiswa, dokter, pengacara, guru dan lain-lain akan sangat butuh belajar ketrampilan ini, dimulai dari belajar Public Speaking. Tidak asal ‘speaking’ yang murahan dan asal bunyi, tapi ‘speaking’ dengan elegan dan bermakna buat yang mendengarkan.


EmoticonEmoticon