Jumat, 25 September 2015

Cinta yang Membesarkan

Telp. (024) 7691 7578 / HP. 085640-750440 Solikin / HP. 085640-398242 Suratman
 
Kita pernah jatuh cinta. Bukan hanya cinta pada lawan jenis, tapi cinta pada sesuatu hal yang melekat dan tidak bisa lepas dari diri kita. Saya cinta menulis, orang lain mungkin cinta berolahraga.

Kecintaan saya pada dunia menulis, membuat saya tahan berjam-jam di depan komputer, dan pada akhirnya juga membuat saya tahan untuk memberikan pelatihan menulis pada orang lain yang ingin belajar menulis. Kecintaan orang lain yang suka olahraga atau menekuni hobi yang lain, bisa jadi seperti itu. Mereka dengan senang hati menghabiskan waktu untuk hal yang dicintainya.

Saya belajar untuk memperbaiki kadar cinta saya setiap saat. Saya belajar banyak dari cinta yang sangat besar yang diberikan Sosaku Kobayashi pada murid-muridnya, di sebuah sekolah yang berada dalam rangkaian gerbong kereta api. Seorang gadis mungil bernama Totto-Chan, yang dikeluarkan dari sekolahnya yang pertama karena membuat gurunya kewalahan dengan tingkah lakunya, ternyata tumbuh berkembang menjadi pribadi yang kuat di sekolah ini.

Mr Kobayashi memberi pelajaran dengan cinta, bukan sekadar teori. Ia membiarkan anak-anak belajar sesuatu yang mereka sukai. Anak-anak bebas memilih pelajaran mana yang lebih dahulu ingin mereka pelajari.

Mr Kobayashi membiarkan anak-anak berproses. Ia menyiapkan sebuah lomba untuk mengangkat kepercayaan diri muridnya yang cacat. Dan lomba itu dirancang sedemikian rupa sehingga anak-anak yang normal kalah bersaing dengan yang cacat. Hadiah lomba yang diberikan bukan piala, tapi sayuran. Anak-anak yang tidak suka dengan hadiah itu hanya diberi kalimat indah. Bahwa mereka yang pulang membawa hadiah sayuran adalah anak yang hebat, karena sudah memberi makanan untuk keluarga dari hasil jerih payah mereka.

Bahkan seorang petani diangkat kepercayaan dirinya oleh Mr Kobayashi untuk dijadikan guru bercocok tanam di sekolah. Anak-anak belajar menanam sayuran dan mengamati tumbuhan lalu membuat tanah menjadi subur dari pakarnya langsung. Seorang yang memang berkutat dengan tanah, bukan seorang yang hanya belajar melalui buku.

Mr Kobayashi membiarkan anak-anak bebas dengan dunianya dan prosesnya menjalani hidup. Mereka bukan sekadar menjadi pribadi unggul, tapi menjadi pribadi yang dipenuhi cinta pada sesamanya. Hebatnya, cara Mr Kobayashi membesarkan anak-anak dengan cinta itu, akhirnya menjadi rujukan banyak sekolah di Jepang. Dari sebuah sekolah kecil, dipandang sebelah mata, hadir kurikulum besar yang mengubah pola pikir dunia soal pendidikan.

Bukan Cinta Jika Mengecilkan


Jika kita pernah jatuh cinta pada lawan jenis, tentu kita paham bagaimana sosok yang tadinya biasa saja, bisa berubah menjadi sosok besar di mata kita. Seorang yang biasa saja, tiba-tiba terlihat istimewa di mata kita. Dan keistimewaan itu membuat kita bisa jadi dianggap aneh oleh orang lain, karena mereka tidak sepaham dengan apa yang kita pikirkan.

Cinta kepada sesama manusia tentu berbeda dengan cinta kepada hobi dan kesenangan kita. Karena yang kita hadapi adalah manusia, yang bukan hanya memiliki hati untuk menolak, tapi juga memiliki logika untuk berpikir.

Hebatnya Mr Kobashi mampu merangkum keduanya. Ia mencintai kegiatan mengajar dan ia mencintai proses pelajaran itu berlangsung, lalu ditangkap oleh murid-muridnya. Ia menyusun semua pelajaran agar nyaman dan melekat selamanya di benak muridnya, bukan melekat sekejap saja.

Cinta yang sesungguhnya memang seperti itu. Cinta itu membesarkan. Cinta itu tidak menginginkan diri kita sendiri yang besar, tapi juga menginginkan orang lain suatu saat sebesar kita.

Sayang, banyak dari kita yang mencintai tapi justru mengecilkan. Banyak dari kita yang bahkan belum berproses untuk mencintai apa yang ia jalani, sehingga ketika ilmu ia berikan yang ada di benaknya hanyalah keuntungan yang besar.

Hastinapura menjadi pelajaran berharga tentang cinta yang justru mengecilkan. Kasih sayang seorang Ayah bernama Destarasta pada anaknya Duryodana, justru membuat Duryodo menjadi kecil. Ia tidak pernah diajarkan tentang belas kasih. Yang diajarkan hanyalah cara meraih ambisinya. Hingga ia selalu merasa besar, padahal orang lain di luar kerajaan mengecilkannya.

Cinta yang membesarkan akan menyehatkan jiwa. Karena cinta itu akan mengalir masuk ke sanubari. Cinta seperti itu akan mampu membuat kita melihat jauh ke depan. Cinta seperti itu akan membuat kita paham potensi tersembunyi dari orang yang kita cintai.

Kalau kita belum pernah mencintai dengan cara seperti itu, maka belajarlah mulai sekarang untuk mencintai.
Sumber : andriewongso.com


TRUSTCO NUSANTARA
Gg. Salak, Muntal, Gunungpati
(024) 7691 7578
085640750440 Solikin


EmoticonEmoticon