Jumat, 03 Januari 2014

PENCURI ADA SEKITAR KITA

Banyak hal yang kita pelajari dalam hidup, yang kadangkala ada yang dapat dipahami dan ada juga yang tidak dapat dipahamin dengan berbagai ragam moment yang entalah dilalui, dirasakan sekarang maupun esok harinya semuanya itu sebuah memorika kehidupan pada ruangan massa. Salah satu ruangan terkecil adalah adalah ruangan keluarga, wei,,wei,,, ruangan keluarga yang mana nih,,,? Entalah yang mana yang dianggap anggap anda yang sesuai dengan kondisi atau keadaan anda saja baik di ruang keluarga berrumah tangga, pekerjaan sekolah, dinas maupun perusahan sekalipun.

Semuanya memerlukan ruang keluarga tersendiri, oleh sebab itu, kali ini penulis ingin membahas ruang keluarga yag terkecil dulu yakni pada ruangan kelurga berrumah tanggah karena ini merupakan salah bagian terkecil untuk memulai impinan dan harapan yang dapat membagun ruangan keluarga selanjutnya.

Namun semua itu tidak dapat berjalan dengan mulus seperti apa yang direncanakan yang sebelumnya karena berbicara pada ruangan tentunya hal ini ada pemimpin dan ada yang dipimpin, pemimpin adalah ayah dan ibu dan dipimpin adalah anak-anak dengan berbagai ragam karakter.

Yang kadangkala tidak dapat dihindari adalah untai kata yang dilontarkan oleh seorang pemimpin dengan yang dipimpin sering sekali membuat persoalan dalam ruang keluarga tersebut yang di mana salah satunya pencuri impian.

PENCURI IMPIAN
Awal kisah pada sebuah keluarga kaya yang dimana beranggota keluarga terdiri dari orang tua dan dua anak laki-laki, mereka sangatlah berlimpah seperti Ladang yang luas dengan lumbungnya penuh dengan padi dan gandum dan belum lagi hewan ternak yang ratusan jumlahnya yang mereka miliki pada keluarga itu.

Namun, suatu malam pencuri beraksi di lumbung mereka. Sebagian besar padi yang baru di tuai lenyap tak berbekas dan tak ada yang tahu siapa pencurinya, kejadian itu berulang hingga beberapa malam berikutnya. Akan tetapi, tak ada yang mampu menangkap si pencuri tersebut hingga Sang tuan rumah tentu berang dengan hal itu. “Pencuri terkutuk! Akan kuikat dia kalau sampai kutangkap dengan tanganku sendiri,” begitu teriak sang tuan rumah. “Aku akan menangkap sendiri. Rasakan pembalasanku!”

HARAPAN
Dan Kedua anaknya pun mulai ikut bicara kepada “Ayahnya, berkata: ayah biarlah kami saja yang menangkap pencuri itu, Kami sudah cukup mampu melawannya dan Kami sudah cukup besar, tentu, pencuri-pencuri itu akan takluk di tangan kami. Izinkan kami menangkapnya Ayah”. Dengan luguh tutur kata sang seorang anak pada ayanya tercinta.

Akan tatapi Sang ayah tercinta berpendapat lain berkata : “Jangan, Kalian masih muda , belum berpengalaman, masih belum mampu melawan mereka dan lihat tangan kalian, masih tak cukup kuat untuk menahan pukulan. Ilmu silat kalian masih sedikit. Kalian lebih baik tinggal saja di rumah. Biar aku saja yang menangkap mereka.” Mendengar perintah itu, kedua anaknya terdiam.

Penjagaan memang diperketat, tapi tetap saja keluarga itu kecurian dan Sang Ayah masih saja belum mampu menangkap pencurinya. Malah, kini hewan ternak yang menjadi target pencurian hingga Sang ayah putus asa dengan hal tersebut.

KESADARAN
Dengan berat hati didatangilah kepala desa untuk minta petunjuk tentang masalah yang dialaminya. Diceritakannya semua kejadian pencurian itu dan Kepala desapun mendengarkan dengan cermat keluh kesah yang dialami oleh seorang bapak tersebut hingga kemudia berkatalah sang kepala desa:

“Mengapa tak kau biarkan kedua anakmu menjaga lumbung? Mengapa kau biarkan semua keinginan mereka? Ketahuilah, wahai orang yang sombong, sesungguhnya engkau adalah “pencuri” harapan-harapan anakmu itu. Engkau tak lebih baik dari pencuri-pencuri hartamu. Sebab, engkau tak hanya mencuri harta, tapi juga mencuri impian-impian dan semua kemampuan anak-anakmu. Biarkan mereka yang menjaganya dan kau cukup sebagai pengawas.”

Mendengar kata-kata itu sang Ayah sadar. Keesokan malam ia memberi izin kedua anaknya ikut menjaga lumbung. Dan tak berapa malam kemudian tertangkaplah pencuri-pencuri itu yang ternyata adalah penjaga lumbung mereka sendiri. Tampa kita sadari beta pentingnya sebuah potensi masing-masing setiap individu.

Yang kadang kalah kita remeh seperti apa yang di katakana sang seorang anak kepada anaknya “Jangan, Kalian masih muda , belum berpengalaman, masih belum mampu melawan mereka dan lihat tangan kalian, masih tak cukup kuat untuk menahan pukulan. Ilmu silat kalian masih sedikit. Kalian lebih baik tinggal saja di rumah. Biar aku saja yang menangkap mereka.”

Padahal ini semua sang ayah adalah pencuri sejati yang dimana mengatakan “Saya tidak bisa, saya tidak mampu.” Atau, “Sepertinya, saya tak akan mungki mengatasinya.” “Jangan, jangan lakukan ini sekarang, lakukan ini nanti saja”. Akan tetapi hal tersebut sebenarnya bisa dilakukan oleh seorang.

Namun sekali lagi semuanya itu sudah dicuri oleh sang ayah tentang harapan dan impian tersebut, yang kadang kalah dahulu waktu kecil sang anak dipastikan mempunyai cita-cita masing-masing yang dimana ada yang mengatakan saya ingin jadi TNI, saya ingin jadi dokter, saya ingin jadi guru dan lain-lain dan tentunya beragam jawabanya.

Hal inilah yang biasakan selalu mendukung harapan dan impian tersebut dengan tujuan untuk dapat mencapai tujuan hidupnya dan akan selalu menjaganyan bukan untuk mencuri semua impian dan merampas harapan-harapan yangkita lambungkan. Mereka selalu menghadang setiap langkah kita untuk mencapai tujuan-tujuan hidup.


EmoticonEmoticon