Senin, 03 Agustus 2015

Merubah Dunia dengan Hobi

Trustco Jateng  -  Lembaga Training Jawa Tengah Telp. (024) 7691 7578 / HP. 085640-750440 Solikin / HP. 085640-398242 Suratman
Apa yang ada di benak Anda ketika melihat judul buku ini? Apalagi tertera tulisan Steve Wozniak sebagai salah satu penulisnya, selain Gina Smith. Mungkin di benak Anda langsung teringat kata yang dewasa ini menjadi istilah yang mendunia: iPod. Tentu dalam hal ini yang dipakai hanya “i” nya dan diimbuhi dengan panggilan akrab “Woz” dari Steve Wozniak. Lalu, apa yang Anda harapkan tentang buku ini? Kisah bagaimana iPodditemukan, atau kisah Steve Wozniak sebagai penemu iPod? Bila itu harapan Anda, tidak akan Anda temui di dalam buku autobiografi ini. Mengapa? Buku ini bercerita tentang kehidupan Steve Wozniak sejak kecil hingga kesuksesannya berkolaborasi dengan Steve Jobs membangun Apple Computer. Dan, ini yang penting, Steve Wozniak bukan perancang yang menemukan iPod namun orang lain di Apple bernama Jonathan Ives.
Lalu, buat apa membaca buku ini? Ada tiga manfaat utama membaca buku ini. Pertama, kekuatan pengaruh orang tua dalam mendidik anaknya menjadi pribadi yang penuh determinasi dan persistensi. Kedua, bukti sejarah bahwa sebuah hobi yang ditekuni akan merubah dunia.Ketiga, menjadi inventor sebenarnya mudah apabila kita memiliki komitmen dan persisten.
Buku ini bercerita tentang latar belakang kehidupan Wozniak sejak masih masa kanak-kanak hingga dewasa saat ia berkarir pada usia 22 tahun. Lebih separuh dari buku ini fokus pada masa kanak-kanak hingga usia kuliah. Yang menarik disini adalah bagaimana ayah Wozniak menanamkan pelajaran berharga dari keahliannya di bidang engineering (rekayasa) kepada Wozniak kecil yang saat itu masih berusia enam tahun. Woz menguraikan panjang lebar bagaimana banyak peristiwa penting pada saat usia kanak-kanak dimana ayahnya memberikan pelajaran berharga. Masih kental dalam ingatannya bagaimana pada usia tersebut ia diundang ayahnya dalam peresmian suatu produk rekayasa di kantor ayahnya dimana ia mendapatkan ”kehormatan” sebagai penekan tombol pertama dari produk tersebut. Tidak hanya itu, di rumah ayahnya sering memberikan pelajaran penting tentang rekayasa elektronik yang membuat Woz menjadi sangat tertarik dengan bidang ini. Pada usia yang masih sangat belia inilah Woz telah menetapkan bahwa menjadi engineer adalah cita-citanya yang paling mulia dan harus dicapai. Mulailah dia merancang beberapa rangkaian elektronik yang ia sebut sebagai ”proyek”, yang tidak lazim dikerjakan anak-anak pada usianya.
Meski Woz begitu mengagumi ayahnya, ia tidak sepenuhnya setuju dengan apa yang dilakukan ayahnya yang begitu setia sebagai staff pemerintah. Ayahnya merahasiakan kepada ibu dan dirinya dimana ia bekerja karena menurut sumpah tidak boleh mengatakan kepada siapapun meski keluarga sendiri. Woz sangat menghargai keputusan ayahnya yang ia ”duga” bekerja di NASA. Kesetiaan pada etika profesi ini yang menurun ke Woz hingga karirnya di Apple. Namun, ia banyak tidak sependapat dengan ayahnya yang suka minum maupun selalu membela pemerintah. Woz berpendapat bahwa pegawai pemerintahan (termasuk polisi, hakim, dsb.) banyak yang tidak jujur. Kesimpulan ini ia tarik dari fakta bagaimana pemerintah memutar-balikkan informasi berkaitan dengan perang Vietnam yang secara pribadi ia tentang.
Woz fokus pada hobinya dan ia begitu yakin bahwa hobinya ini akan menjadi hidupnya. Dari proyek kecil-kecilan membuat rangkaian radio transistor hingga merancang nada sambung telepon ia lakukan dengan serius. Suatu hari ia melihat sebuah artikel di majalah Esquire tentang orang bernama samaran Captain Crunch yang menguraikan tentang bagaimana membuat alat yang bisa membongkar sambungan telpon sehingga bisa berbicara bebas tanpa tagihan. Persistensinya memburu pengetahuan Captain ini yang perlu mendapat acungan jempol. Ia bahkan mempelajari semua pengetahuan tentang hal ini dengan memburu buku-buku di perpustakaan, ditemani Steve Jobs. Woz dan Jobs sepakat membuat peralatan yang disebut kotak biru itu untuk dijual. Ini yang mungkin belum terungkap dari buku-buku lain seperti iCon atau The Apple Way.
Pengalaman pertamanya membangun Apple dengan Steve Jobs juga merupakan hal yang sangat memotivasi kita. Dengan jelas ia uraikan bahwa pada saat ia mencintai pekerjaannya di Hewlett-Packard (HP) sebagai perancang kalkulator, kesempatan membangun perusahaan komputer timbul. Saat itu ia dan Jobs perlu initial capitar US$ 1,0000 dan mereka tak memiliki uang sepeserpun. Woz menjual kalkulator HP kesayangannya seharga US$ 400 dan Jobs menjual VW kombinya. Perkataan Jobs waktu itu: ”Tidak masalah kita rugi saat ini, namun setidaknya kita memiliki sebuah perusahaan!” begitu membekas di hatinya hingga kini. Berkat keahlian pemasaran Jobs, sebuah toko Byte Shopbersedia membeli rancangan mereka dan untuk sementara permasalahan finansial mereka teratasi. Selebihnya adalah sejarah.
Woz menekankan bahwa menjadi inventor bukanlah pekerjaan sulit asal kita memulai dari apa yang kita ketahui dan kita gemari. Dari hobi iseng pun akhirnya bisa menjadi sesuatu serius yang mengubah dunia. Di akhir bukunya ia menorehkan bahwa dunia memerlukan penemu ulung dan kita bisa juga beruntung seperti dia.
Tergantung bagaimana Anda menyikapi kata-kata Woz tersebut. Bisa saja Anda berkomentar bahwa dia bisa mengatakan itu karena dia telah beruntung. Namun harap diingat, bila Anda selalu pada paradigma seperti itu maka Anda tidak akan pernah membuat perubahan. Banyak kesempatan bertebaran di sekeliling kita. Bahkan sampah pun bisa menjadi peluang luar biasa bila kita menggunakan kekuatan pikiran kita. Mungkin saja Anda suatu hari menemukan teknologi memusnahkan sampah sehingga permasalahan sampah di kota-kota besar bisa teratasi dengan baik. Sumber kekuatan ada pada diri Anda. Seperti dikatakan oleh kelompok musik cadas dari Jerman, Helloween, dalam lagunya bertajukPower :” We’ve got the power, we are divine. We have the guts to follow the sign”. Jadi, kapan Anda menggunakan kekuatan itu?
Judul buku iWoz
Pengarang Steve Wozniak dan Gina Smith
Peresensi Gatot Widayanto
Profesi Konsultan Manajemen

Sumber : https://thevaluequest.wordpress.com/page/17/


EmoticonEmoticon