Kamis, 13 Agustus 2015

Enam Unsur Sukses

Trustco Jateng  -  Lembaga Training Jawa Tengah Telp. (024) 7691 7578 / HP. 085640-750440 Solikin / HP. 085640-398242 Suratman





Enam Unsur Sukses yang berupa komponen terdiri dari enam huruf.
Saya uraikan di bawah ini:

Usaha
Tak ada orang yang dikatakan sukses bila ia tanpa melakukan usaha keras untuk meraihnya. Bila seorang anak menjadi kaya raya karena menerima warisan dari orang tua-nya, maka saya tak setuju itu dikatakan sukses. Namun bila seorang mencapai suatu tingkat kestabilan hidup tertentu melalui sebuah perjuangan dan serentetan kegagalan, maka ia bisa dikatakan sukses meski secara materi dia tak menunjukkan kekayaan. Jadi, sebenernya sukses bukan merupakan suatu keadaan tapi lebih kepada sebuah proses.
·         Colonel Sanders dari Kentucky Fried Chicken berupaya keras menjual resep ayam gorengnya hingga mengalami penolakan lebih dari seribu (ya …seribu!) kali hingga akhirnya ada juga yang tertarik membeli resepnya dan mengembangkan wara laba.
·         Thomas Alva Edison melakukan eksperimen ribuan kali sebelum akhirnya ia menemukan lampu pijar dan puluhan temuan lainnya. Pada awalnya ia tak pernah tahu bahwa lampu pijar akan berhasil ditemukan. Yang ia lakukan hanyalah berusaha keras melakukan satu eksperimen ke eksperimen selanjutnya. Ia pernah menjadi pedagang asongan untuk mendanai eksperimennya.
·         Soichiro Honda juga melakukan ribuan usaha sampai akhirnya bisa membuat mobil Honda dan bahkan mulai masuk pasar Amerika bukan melalui mobil, namun motor Honda Cup.
Kompeten
Adakah orang sukses tapi tak ahli di bidangnya? Colonel Sanders adalah juru masak handal di angkatan bersenjata sebelum ia menawarkan resepnya untuk waralaba. Jadi, dia telah gigih membangun kehaliannya hingga ia benar-benar kompeten di bidang memasak ayam goreng. Demikian halnya Edison, ia sangat menguasai tata cara melakukan eksperimen meskipun ia seorang yang otodidak – belajar sendiri dari pengalamannya. Soichiro Honda telah melatih dirinya merakit mobil sejak kekalahan Jepang di Perag Dunia kedua. Ia bahkan drop-out dari sekolah karena ingin mempertajam ketrampilan merakit mobil.
Coba kita bayangkan, tanpa adanya keahlian, apa yang akan ditawarkan oleh Colonel Sanders? Thomas Alva Edison? Soichiro Honda?
Seorang siswa SMA harus menguasai dulu pelajaran yang ia tempuh selama duduk di SMA sehingga ia lulus dalam ujian dan diterima di perguruan tinggi impiannya – bila memang ia ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Bila ia ingin langsung menjalankan bisnis, maka ia harus mulai memahami dulu apa yang akan ia jual dan tawarkan ke pasarnya. Jadi, ia juga harus kompeten dulu. Dengan menggabungkan unsur sebelumnya bisa juga hal ini dimaknai dengan: berusaha sekuat tenaga membangun kompetensi diri untuk masa depan yang lebih baik.
Stamina
Orang yang sukses harus lentur terhadap segala macam cobaan yang dihadapi. Tak mungkin sebuah kesuksesan dicapai tanpa mengalami cobaan. Untuk itu, orang yang sukses perlu stamina mental dan fisik yang tangguh agar perjalanannya merajut sukses bisa tercapai. Saya selalu menggaris-bawahi masalah stamina ini sebagai suatu hal yang paling penting karena seorang pakar,Napoleon Hill, pernah mengatakan bahwa seorang penambang emas yang gagal ternyata berhenti menggali ketika beberapa centimeter kemudian ada emas di galiannya. Ini menggambarkan suatu kemauan untuk mempertahankan stamina kita untuk selalu menggali terus, ibarat ilmu yang tak akan pernah habis digali.
Pada tahun 2002 saya memutuskan meninggalkan dunia perbankan konvensional karena setahun sebelumnya saya baru menyadari konsep riba dalam Agama Islam. Sebelumnya saya tidak tahu apa itu yang namanya riba. Pada saat saya mendapat ‘hidayah’ untuk segera meninggalkan pekerjaan yang terkait riba, sebetulnya saya tak tahu setelah itu saya akan bekerja apa karena saya belum melemparkan lamaran kerja ke tempat lainnya. Pengalaman saya bekerja di Citibank NA sungguh luar biasa dan menyenangkan, apalagi bidang saya adalah Total Quality Management (Six Sigma). Artinya, kalau mau pindah kerja ya ke perbankan lagi lebih mudah. Tapi untuk apa? Tujuan saya kan meninggalkan pekerjaan yang ribawi. Akhirnya saya memanfaatkan ilmu saya dalam mengajar (sebagai trainer) dan diterima sebagai dosen tamu di SGU (Swiss German University) di BSD. Meski dari penghasilan hanya sepersepuluh dari gaji di Citibank, toh saya bisa bertahan hidup. Akhirnya saya mendapat tawaran mengerjakan due dilligence di PT Semen Gresik bekerjasama dengan tass consulting dan Boston Consulting Group. Kalau saya tak memiliki stamina, bisa jadi saya kembali ke perbankan lagi, sebagai karyawan bank. Syukur Alhamdulillah hingga kini saya sangat menikmati dunia saya sebagai konsultan. Sangat sulit bagi saya meninggalkan bidang yang terlanjur saya cintai. Kata orang bijak : “Choose the job you love and you will never work any single day”. Bener juga, saya selalu menikmati tantangan setiap tantangan yang saya alami, termasuk dalm tiga tahun terakhir ini saya banyak berurusan denag upaya merubah pola pikir PNS. Berat tapi nikmat …
Eksistensi
Saya selalu menikmati berangkat kerja pada pagi hari sebelum jam 6:00 karena bekerja di pagi hari lebih nikmat dan ketika sampai di kantor jam 7:00 masih banyak orang belum di kantor dan saya bisa menyiapkan banyak hal sebelum jam kerja dimulai. Yang selalu saya nikmati adalah perjalanan ke kantor yang sudah empat tahun ini saya lakukan dengan bersepeda. Sepanjang perjalanan saya bersepeda ke kantor, saya selalu mengamati toko-toko yang sudah buka sejak pagi hari. Bahkan ada beberapa yang buka selama 24 jam. Ini sungguh luar biasa. Yang mereka lakukan adalah menunjukkan eksistensi bahwa mereka konsisten melayani pelanggan pada jam-jam yang telah dijanjikan. Coba Anda bayangkan bila ada sebuah toko yang jam bukanya tak konsisten, kadang kala tutup tanpa alasan yang jelas.
Seorang teman saya ada yang sering berganti profesi dari agen asuransi, kemudian menjual produk perbankan, menjual tiket pertunjukan, jual-beli mobil. Suatu saat ketika saya hubungi untuk memesan tiket pertunjukan, dia sudah tak berjualan lagi sehingga saya bingung sebenernya profesi dia apa. Sementara itu ada teman yang dari dulu profesinya mengurus perpanjangan STNK. Bahkan saya mengenalnya sejak bisnis perpanjangan STNK itu diawali oleh ayahnya. Mereka mempertahankan eksistensinya di bisnis yang sama sehingga setiap saya ingin mengurus STNK, saya hanya ingat nomer telponnya, bukan yang lainnya.
Seorang siswa yang membangun kompetensinya sebagai seorang tenaga medis profesional dan akhirnya bisa sekolah di jurusan medis perguruan tinggi tertentu, maka ketika lulus sebaiknya juga menekuni bidangnya dan tak tertarik menjadi karyawan perbankan, misalnya. Bila itupun terjadi, maka ia harus bekerja keras mengejar ketinggalannya karena selama ini ia berusaha membangun keahliannya sebagai tenaga medis profesional (dokter, perawat, dsb.).
Stabilitas
Bila unsur-unsur sebelumnya lebih berorientasi kepada proses menuju sukses, maka yang saya maksud dengan stabilitas orientasinya justru kepada outcome. Maksud saya begini: Kita harus paham apa yang ingin kita raih akhirnya dalam kehidupan di dunia ini. Sebagian siswa peserta Education Day menyebut bahwa mereka ingin masuk surga. Saya rasa ini memang ultimate goal kita semua. Namun tentunya kita ingin masuk surga dengan kondisi kehidupan yang bisa kita nikmati juga. Artinya kita harus mencapai suatu keadaan yang selalu bergerak menuju perbaikan namun ajeg. Ini yang saya sebut dengan unsur terakhir stabilitas. Tak ada orang sukses yang hidupnya tak stabil. Ia harus mencapai kestabilan tertentu dalam hidupnya. Seorang koruptor kakap bisa kaya raya dan memiliki segalanya. Namun, apa ia memiliki kebahagiaan sehingga hidupnya mencapai stabilitas tertentu? Saya yakin tidak. Seorang koruptor yang kaya raya tak bisa dikatakan sukses karena dia tak stabil hidupnya. Dengan stabilitas yang baik maka seseorang akan tenang dalam hidupnya. Inilah yang disebut dengan sukses dalam arti yang sesungguhnya. Sedangkan keinginan masuk surga sekaligus bisa berfungsi sebagai filter agar kita tak memilih bidang yang banyak syuhbat (keraguan) nya dari segi syar’i.

Sasaran
Meskipun saya bahas paling akhir, namun sasaran ini merupakan unsur terpenting dari apa yang disebut sukses. Mengapa? Tanpa memiliki sasaran, maka kemanapun kita melangkah kita akan sampai. Namun kita tidak tahu sebenarnya sampainya kita itu di tempat yang kita inginkan atau tidak. Ibaratnya, orang yang berjalan atau bahkan bersepeda pada akhirnya akan berada atau sampai pada suatu tempat tertentu. Namun, tempat tersebut belum merupakan cerminan dari tempat yang ia inginkan. Lain halnya kalau saya bersepeda menuju tempat kerja (kantor), maka saya akan tahu apakah saya sampai pada sasasarn atau tidak. Kalau belum sampai sekalipun, saya masih bisa mengukur berapa jauh lagi saya akan sampai ke tujuan saya.
Orang sukses selalu memiliki tujuan yang jelas dan ia tuangkan ke dalam sasaran masa depan yang jelas bagi dirinya sehingga ia tahu apakah ia mencapainya atau belum. Sasaran merupakan yang terpenting dari kesuksesan. Artinya, kita bisa mengartikan sebagai berikut, dikaitkan dengan lima unsur sebelumnya:
·         Seorang yang sukses selalu mengukur usahanya seberapa jauh mencapai sasarannya (unsur 1: usaha)
·         Seorang yang sukses membangun keahliannya untuk mencapai sasarannya (unsur 2: kompeten)
·         Seorang yang sukses tak mudah menyerah sebelum sasarannya tercapai (unsur 3: stamina)
·         Seorang yang sukses selalu menjaga eksistensi nya dalam upaya mencapai sasarannya (unsur 4: eksistensi)
·         Seorang yang sukses merasakan kestabilan dalam hidupnya karena semua usaha, kompetensi, stamina, dan eksistensi nya adalah demi mencapai sasaran hidupnya (unsur 5: stabilitas).
Dengan demikian maka lengkaplah sudah enam unsur sukses yaitu:
Sasaran
Usaha
Kompeten
Stamina
Eksistensi
Stabilitas


EmoticonEmoticon