Telp. (024) 7691 7578 / HP. 085640-750440 Solikin / HP. 085640-398242 Suratman
Depresi
bukan masalah sepele. Di dunia ini, depresi menjadi gangguan kesehatan
jiwa yang tak hanya jadi beban keluarga tetapi jadi beban bersama yang
penderitanya terus meningkat. Lebih mengkhawatirkan, depresi akut bisa
mendorong seseorang bunuh diri. Gejala apa yang harus diwaspadai?
Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia (World Mental Health Day) diperingati setiap
tanggal 10 Oktober. Peringatannya digagas oleh World Federation for
Mental Health (WFMH) tahun 1992. Pada 2012 lalu, bertepatan dengan
Momentum 20 tahun, WFMH dengan mengangkat tema Depression: A Global
Crisis. Tema tersebut menandakan bahwa depresi telah menjadi masalah
krusial yang harus ditanggulangi bersama-sama. Menurut Deborah Wan dari
WFMH, depresi unipolar menempati ranking ketiga penyakit yang paling
membebani dunia pada tahun 2004, dan diperkirakan akan menjadi nomor
satu pada tahun 2030.
Depresi unipolar adalah gangguan
suasana hati yang ditandai oleh beragam tingkatan kesedihan, kekecewaan,
kesepian, keraguan akan diri sendiri, dan rasa bersalah. Selain depresi
unipolar ada juga depresi bipolar. Depresi ini ditandai dengan
pergantian suasana hati seseorang yang begitu cepat dari dua kutub yang
berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi).
Depresi
sendiri disebutkan sebagai gangguan mental yang menyebabkan
penderitanya merasa gelisah, risau, kehilangan minat, kurang energi,
diliputi perasaan bersalah atau merasa tak berguna, mengalami gangguan
tidur dan selera makan rendah, dan kurangnya konsentrasi. Menurut
American Association of Suicidology, orang yang mengalami depresi berat
memiliki risiko bunuh diri 20 kali lebih besar dibanding orang normal.
Dan orang yang mengalami depresi yang berulang-ulang memiliki risiko
paling besar. Bunuh diri bisa dilakukan saat depresi tiba-tiba memuncak
(impulsif) atau dilakukan dengan cara direncanakan. Namun tak ada
periode tertentu yang menunjukkan kapan waktunya seseorang akan bunuh
diri karena penderita depresi bipolar justru banyak yang melakukannya
pada saat fase bahagia (mania).
Bagi keluarga yang
memiliki anggota keluarga yang mengalami depresi, sangat penting untuk
menemukan penyebabnya agar lebih mudah mengatasinya. Selain itu, kerabat
pun sebaiknya diberitahu agar mereka juga memiliki akses untuk
berkomunikasi dengan penderita sehinga bisa sama-sama mengatasinya.
Komunikasi memang kunci utama mengatasi depresi.
9 Gejala Umum
Gejala
depresi itu, berbeda-beda antara penderita yang satu dengan yang
lainnya. Namun ada sembilan gejala yang paling umum menurut para ahli.
Yaitu:
- Perubahan pola tidur.
- Perubahan selera makan.
- Kehilangan minat dalam kegiatan-kegiatan yang semula disukainya.
- Merasa tidak berharga, putus asa, kekosongan jiwa, dan tidak berdaya.
- Menyalahkan diri sendiri.
- Bermasalah dengan cara berpikir, konsentrasi, dan perhatian.
- Berulang kali memikirkan kematian dan bunuh diri.
- Rasa sedih dan duka yang dalam.
- Gejala fisik seperti lelah dan kehilangan libido.
Ada
juga laporan bahwa depresi bisa dilihat dari seseorang kehilangan mood,
sering sulit mengambil keputusan, sakit fisik, murung, kurangnya
motivasi, sering menyalahkan diri sendiri, pikiran yang campur-aduk,
ketakutan yang tak masuk akal, dan sebagainya.
Kita
mungkin mencoba berkomunikasi dengan keluarga, kerabat, atau sahabat
yang menderita depresi. Namun sering kali mereka yang mengalami depresi
berat “tak nyambung” saat diajak ngobrol. Atau mereka memutus
pembicaraan tanpa sebab. Atau mereka tidak merespon dengan semestinya.
Mereka tertutup dan tampak terbebani. Mereka juga sering merasa bahwa
mereka tidak dapat bertahan hidup satu hari lagi.
Gejala Lainnya
Penderita
depresi bipolar, serta schizophrenia, bisa mendengar suara-suara yang
bernada tidak mengenakkan (menghina, mengancam, atau menyuruh) yang
kadang tak memberikan reaksi berlebihan. Tetapi ada kalanya, suara itu
mendorongnya untuk bunuh diri. Seperti, jika seseorang mengatakan,
meloncat dari jembatan akan menyelamatkan dunia dari kehancuran maka ia
pun akan meloncat. Baginya suara itu seperti perintah. Namun gejala ini
bisa diatasi dengan obat-obatan antipsychotic.
Menurut
penelitian lain, ide bunuh diri mungkin memiliki hubungan dengan
orang-orang dengan karakteristik kepribadian impulsif (mudah
dipengaruhi). Namun, sulit untuk disimpulkan apakah impulsif yang
menyebabkan seseorang bunuh diri, atau bunuh diri itu direncanakan tanpa
memberitahu keluarga atau temannya akibat depresi yang dialaminya.
Gejala-gejala
di atas merupakan gambaran umum tentang kecenderungan depresi yang
mungkin mengarah ke tindakan akan bunuh diri. Akan tetapi untuk
mengetahui dan mengatasi masalah depresi yang dialami seseorang,
sebaiknya konsultasikan dengan ahlinya, sehingga akan ditemukan jalan
keluar yang bisa ditempuh.
Sumber : andriewongso.com
Untuk mendapatkan informasi produk-produk training kami
Gg. Salak , Muntal, Gunungpati
Kota Semarang, Jawa Tengah
Telp. (024) 7691 7578
HP. 085640-750440 Solikin
HP. 085640-398242 Suratman
EmoticonEmoticon