Rabu, 18 Desember 2013

JANGAN DISKON DIRIMU!

Sukses adalah hak semua orang. Mari berguru pada sebutir pasir yang menjelma menjadi mutiara, sebongkah batu yang bermetamorfosa menjadi berlian dan seonggok besi tua berkarat yang berproses menjadi benda seni bernilai tinggi.

Sebutir pasir, andaikan ia menempel di pipi, pastilah kita buang. Bayangkan pasir itu Anda, menyedihkan bukan? Hidup tersia tak ada yang menghargai. Sakit rasanya.

Sebutir pasir yang terbuang, berdoa kepada Allah. Diterbangkanlah ia ke pantai, dijilat oleh ombak, diseret ke laut, ditenggelamkan ke dasar karang. Di sana, ia masuk ke perut kerang. Kerang terluka, mengaduh perih tiada tara. Lalu dikeluarkanlah cairan untuk melumasi pasir itu.
 
Sakit reda, tapi tak lama. Begitu cairan mengering, rasa sakit muncul lagi. Dikeluarkan cairan pelumas lagi, lagi dan lagi, hingga pasir yang sebutir terbungkus pelumas berlapis-lapis membentuk bola kecil yang keras dan indah: mutiara! Kegigihan kerang dalam menahan derita sakit, mengubah sebutir pasir menjadi mutiara.

Di lain waktu, sebongkah batu menyembul di jalan setapak. Oleh orang lewat, ditendanglah batu itu hingga terlempar ke jurang yang dalam. Bayangkan batu itu Anda, menjengkelkan bukan? Keberadaan kita dianggap penghalang orang lain, dibenci dan dimusuhi.

Batu itu berdoa kepada Allah, lalu didatangkanlah gempa. Tanah retak, batu tersebut tertelan oleh bumi, terjebak di antara magma yang super panas serta himpitan pasir dan humus berlapis-lapis. Panas di bawah, tekanan berat di atas. Ribuan tahun bertahan, akhirnya batu berubah, bermetamorfosa menjelma menjadi berlian yang mempesona.

Kegigihan batu dalam menahan derita berupa lingkungan tak bersahabat ditambah beban hidup yang sangat berat berhasil mengubahnya menjadi berlian.

Di lain tempat, seonggok besi tua berkarat dilempar ke gudang gelap dan pengap. Bayangkan besi itu Anda, betapa tidak mengenakkan. Hidup terbuang, dilupakan.

Seonggok besi berkarat berdoa kepada Allah, lalu datanglah si empunya gudang. Ia diambil, diserahkan ke tukang besi rongsokan. Dibawa ia ke tempat daur ulang. Dilebur dalam tanur ribuan derajat panasnya hingga menjadi bubur. Bubur besi ditempa, dituang ke dalam cetakan, digerinda, dikikir, diamplas, diukir, dipatri dan dipoles. Menjelmalah ia menjadi benda seni yang indah.

Kesungguhan besi tua berkarat menjalani proses yang panjang, kesiapannya untuk dibentuk dan dipoles berhasil mengubahnya menjadi karya seni yang bernilai tinggi.

Sahabatku, jangan mendiskon diri. Orang yang mendiskon diri hanyalah mereka yang tidak percaya diri, tidak yakin akan masa depan. Mereka pesimis. Merasa tidak punya hak untuk sukses, mengira bahwa dirinya akan terus menerus menjadi pasir, batu dan besi berkarat tak berguna.

Mendiskon diri artinya, memotong atau mengurangi sedikit demi sedikit harapan dan cita-cita yang semula besar menjadi makin kecil hingga akhirnya tinggal secuil, bahkan tak bersisa sama sekali; putus asa, tak punya harapan.

Dalam episode sebelumnya, kita telah belajar mengenai harapan yang mana ia adalah bahan bakar utama motivasi. Mendiskon harapan sama halnya dengan mengurangi asupan bahan bakar, akibatnya api yang memercik kian mengecil, tak cukup untuk melahirkan semangat dan gairah hidup.
 
Meraih harapan memang sulit, tapi bagi para juara kehidupan sejati, sulit bukan berarti tidak mungkin. Orang sukses bukan berarti tidak pernah gagal, tapi di setiap kali kegagalan, ia mengambil pelajaran untuk bekal bangkit lagi. Di Jepang ada pepatah, “tidak mengapa engkau jatuh tujuh kali asalkan engkau bangkit delapan kali!”

Mari sahabatku, kembalikan nilai dan harga dirimu. Siapapun Anda, beranikan diri untuk memiliki harapan besar dan cita-cita tinggi. Semua orang berhak untuk sukses. Jangan takut gagal, sebab dalam gagal ada belajar. Semakin banyak gagal, semakin banyak belajar. Semakin banyak belajar, semakin cerdas dan matang. Kecerdasan dan kematangan diri adalah modal utama meraih sukses.

Kegagalan sesungguhnya adalah ketiadaan pembelajaran saat mengalami gagal, ditambah lagi ketidakmauan untuk bangkit lagi setelah gagal. Maka bagi yang pernah mengalami kegagalan namun tidak mengambil pelajaran atas kegagalannya serta tidak mau bangkit lagi setelah itu, baginya ibarat memanjat pohon, sudah jatuh tertimpa tangga dan ranting pula.

Sahabatku, janganlah terbelenggu pada penilaian siapa Anda kemarin dan sekarang, tapi berdoalah panjang umur, lihatlah siapa Anda besok, lusa, pekan depan, bulan depan, tahun depan, … 5 tahun, 20 tahun, 40 tahun mendatang! Bagi yang yakin bahwa Allah bersamanya, harapan itu akan terus selalu ada.

Tahanlah rasa sakit, bersabarlah dalam menanggung beban hidup yang berat di lingkungan yang tidak selalu bersahabat, siapkan diri untuk ditempa oleh kehidupan lalu nikmatilah prosesnya… insya Allah, kebahagiaan dan kemuliaan hidup tengah menanti Anda di ujung sana.

Sampai jumpa di episode selanjutnya. Salam Sukses!!

Cipto Utomo FM
-The Ultimate Life Coach­-





EmoticonEmoticon