Kamis, 19 Desember 2013

Re-Charge Diri, Agar Hidup tidak Low Batere



Sahabatku , jika laptop atau HP butuh batere, maka hidup butuh motivasi.  

Mengapa? Motivation is reason to do. Motivasi adalah alasan melakukan sesuatu, landasan dalam melakukan tindakan. Tidak perlu kita bayangkan yang besar dan rumit, yang sederhana saja, bernafas, mengedipkan mata, melambaikan tangan, mengayunkan kaki, dan seterusnya.. semuanya membutuhkan motivasi.

Motivasi bukan segala-galanya, tapi segala-galanya berawal dari motivasi. Tanpa motivasi, manusia bisa kehilangan gairah hidup. Tidak ada lagi keinginan untuk bernafas, apalagi mengedipkan mata, melambaikan tangan dan mengayunkan kaki. Putus asa. Hidup menjadi sangat membosankan dan menjemukan. Puncaknya adalah jika manusia merasa tidak ada lagi pilihan, lalu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Na’udzu billah min dzaalik.

Motivasi ibaratnya adalah generator atau batere yang terus menerus menghasilkan energi bagi pikiran, hati dan badan untuk terus melakukan tindakan. Motivasi pulalah yang menghidupkan otak bawah sadar untuk terus menerus mengaktifkan saraf, sistem hormon dan juga sirkulasi darah, hingga mengatur jantung, paru-paru, ginjal, pankreas, dan organ-organ vital lainnya untuk terus aktif mendukung hidup kita.

Para pakar di bidang kedokteran, biologi dan psikologi bahkan lewat riset bertahun-tahun menyimpulkan, manusia sanggup bertahan hidup tanpa makan hingga 4 minggu. Sanggup bertahan hidup tanpa minum hingga 4 hari. Sanggup bertahan hidup tanpa udara hingga 4 menit. Tapi, hanya sanggup bertahan hidup 4 detik saja tanpa motivasi!

Sahabatku, dari mana lahirnya motivasi?

Motivasi adalah wujud (manifestasi) harapan. Semakin besar harapan yang dimiliki seseorang, maka motivasi hidupnya juga semakin tinggi. Sebaliknya, jika hidup miskin harapan, maka motivasi yang dimiliki pun akan turun drastis. Maka untuk memelihara motivasi tetap tinggi, kita harus pandai memelihara harapan.

Berikut ini sebuah ilustrasi yang bisa menjelaskan hubungan antara harapan dan motivasi:

Dalam sebuah sesi seminar, saya menantang peserta membuka kamus Jepang-Indonesia-Inggris edisi lengkap 800 halaman. Mereka saya minta membuka halaman 1-20 (10 lembar). Saya beri kesempatan 10 menit untuk membaca kata per kata tanpa ada yang terlewat. Ingat, membaca kamus berbeda dengan membaca majalah apalagi novel..

Waktu habis. Tidak ada satupun yang bisa melewati lembar pertama. Artinya, untuk membaca 10 lembar setidaknya dibutuhkan 100 menit (1,5 jam lebih) bukan? Itupun, nampak di dahi mereka kerutan yang sedikit memerah. Butuh usaha dan konsentrasi besar untuk merampungkannya. Sulit. Susah. Bingung, bikin pusing… macam-macam ungkapan mereka.

Selesai? Belum. Saya tantang mereka lagi, siapa yang berani menjamin bisa menghafal 10 lembar secara lengkap, runtut, kata per kata dalam tempo 2 hari? Semuanya diam. Tak satupun yang mengangkat tangan. Bahkan ada yang berkomentar, “hafalin satu dua surat juz amma saja gak rampung-rampung, apalagi ini? Gak mungkin!!”

Yakin nih gak ada yang mau mencobanya?, tanya saya. Semuanya menggeleng kepala. Lalu saya tutup pembicaraan dengan mengatakan, sayang sekali ya, padahal saya sudah menyiapkan 10 juta rupiah bagi yang bisa melalukannya dalam dua hari!

Selesai menutup pembicaraan, kelas seminar tiba-tiba bergemuruh. “kalau tahu ada hadiahnya, kami mau coba. Kami mau coba. Beri kesempatan.. beri kami kesempatan mencobanya!!”

Sahabatku, apa yang bisa kita simpulkan dari ilustrasi tersebut?

Benar, tanpa ada harapan yang jelas, peserta seminar tadi tidak termotivasi untuk mencoba tantangan saya, apalagi setelah sebelumnya mencoba dengan cara membacanya dan ternyata sulit. Berbeda ketika muncul harapan akan hadiah 10 juta rupiah, motivasi mereka untuk mencoba langsung bangkit, bahkan mereka saling berebut kesempatan.

Dalam hidup, hal seperti ini sering kita alami. Kita pernah dihadapkan pada tantangan-tantangan yang sulit, rumit dan membingungkan. Kita mencoba untuk menghadapi dan menyelesaikannya, tapi tidak semuanya berhasil. Kegagalan, kekalahan, kebangkrutan dan beragam pengalaman jatuh bangun di masa lalu membuat kita pesimis (tidak yakin) akan harapan hidup lebih baik di masa depan. Keberanian kita untuk memunculkan harapan baru dan mencoba hal-hal baru sering kandas ketika muncul bayangan kegagalan masa lalu.

Pelajaran berharga yang bisa kita ambil adalah, penting sekali memiliki harapan besar agar lahir motivasi untuk berfikir dan bertindak besar. Harapan yang dimaksud di sini haruslah harapan besar dalam arti yang sebenarnya, agar bisa menutupi semua bayangan negatif/buruk masa lalu sehingga yang kita lihat adalah pemandangan di depan, bukan bayangan di belakang. Coba saja, ingin berjalan maju tapi melihatnya ke belakang, tentunya sulit. Untuk lebih maju, lihatlah ke depan.

Ibarat minum jamu, lihatlah dampak kesembuhan setelahnya, bukan membayangkan rasa pahitnya apalagi mengingat-ingat pengalaman buruk minum jamu sebelumnya yang bisa jadi disertai neg, mual hingga muntah.

Kembali ke laptop ( he he)..

Kita butuh motivasi setiap saat agar diri kita full batere sehingga bisa melakukan banyak hal (berfikir dan bertindak besar). Bukankah sebagai orang beriman yang menginginkan keberuntungan hidup, hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini? Dan untuk mendapatkan hasil yang berbeda, cara berfikir dan bertindak juga harus berbeda.

Jika yang kita lakukan hari ini sama dengan yang kita lakukan kemarin, kemungkinan besar hasil yang kita capai hari inipun akan sama dengan kemarin. Jika kita menginginkan perubahan dalam sebulan ke depan, sementara yang kita lakukan hari ini hingga 30 hari ke depan sama dengan yang kita lakukan sebulan terakhir, maka kemungkinan besar hasil yang kita capai bulan depan juga akan sama. Dan untuk orang yang hari ini sama dengan hari kemarin, esok sama dengan hari ini, rugilah hidupnya.

Untuk menjadi manusia beruntung, mari lakukan tindakan yang berbeda. Berfikir dan bersikap berbeda, lebih baik dari sebelumnya. Lebih kreatif dan inovatif. lebih gigih. Lebih meningkat secara kuantitatif dan kualitatif.. dan untuk semua perubahan dan peningkatan itu, membutuhkan motivasi.

Motivasi kadang naik kadang turun. Kadang full kadang nge-drop. Kalau sedang naik, semangat untuk berfikir ikut naik, kita menjadi kreatif dalam menemukan jalan keluar atas problem-problem hidup yang kita hadapi, sehingga hidup menjadi bergairah. Tapi kalau motivasi sedang turun, kita jadi malas berfikir. Lebih memilih pasrah dan membiarkan problematika hidup tetap apa adanya.

Motivasi yang sedang turun bukan hanya menghasilkan kepasrahan, tapi juga bisa melemahkan otot dan saraf emosi. Akibatnya, kita jadi mudah stress dan putus asa. Keputusasaan lambat laun melahirkan kesedihan, kepedihan dan penderitaan batin berkepanjangan..

Maka wahai sahabatku, mari bangkit dan bersama-sama menatap ke depan dengan terus menerus menge-charge motivasi kita setiap saat. Beberapa langkah berikut adalah cara efektif untuk me-recharge kembali motivasi diri kita:

1. Meyakini bahwa masalah dalam hidup adalah “fitrah”
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS. 29. Al 'Ankabuut: 2-3)

Masalah adalah fitrah. Setiap manusia yang mengaku beriman kepada Allah SWT, akan diuji dengan beragam ujian untuk mengukur sejauh mana mereka benar ataukah berdusta dalam keimanannya tersebut. Jadi, mengharapkan kehidupan yang tiada ada ujian di dalamnya, sama saja dengan mengingkari hakekat penciptaan manusia yang diturunkan Allah SWT di muka bumi ini.

Jadi, janganlah bersedih ketika melihat masa lalu kita (bahkan hingga sekarang pun) banyak sekali ujian yang menimpa. Bersikap wajarlah. Semua manusia punya masalah. Hanya bentuk dan kadarnya yang berbeda-beda. Orang-orang barat punya pepatah: “life is struggle, there is no life without struggle” (hidup adalah perjuangan, tiada hidup tanpa perjuangan).

2. Menyadari bahwa masalah adalah alat ukur potensi diri
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (QS. 2. Al Baqoroh: 286)

Betapapun berat dan banyaknya ujian yang Allah SWT timpakan kepada kita, yakinlah, beratnya ujian tersebut tidak akan melebihi kemampuan kita dalam mengatasinya. Allah SWT sudah mengukur, dan tidak akan salah ukur. Ibaratnya, tidak mungkin anak SD diberi soal untuk mahasiswa dan sebaliknya. Semua persoalan hidup sudah disesuaikan dengan manusia yang menerimanya.

Maka bergembiralah yang hidupnya banyak mengalami masalah, karena boleh jadi itulah cara Allah SWT menunjukkan siapa diri kita sesungguhnya. Allah SWT ingin kita menyadari bahwa diri kita punya potensi besar, maka wajar jika Allah SWT memberikan ujian kepada kita pun besar, di atas rata-rata.

3. Memahami bahwa nasib mengikuti manusia, bukan manusia mengikuti nasib

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. 13. Ar Ra’d: 11)

Ingin nasib berubah? Mudah. Berubahlah terlebih dahulu. Manusia yang sibuk ingin mengubah nasib tapi tidak mau mengubah diri, nasibnya akan tetap sama. Sebaliknya, manusia yang sibuk mengubah diri, insyaAllah nasibnya akan berubah. Jadi, bukanlah manusia yang mengikuti nasib, tapi nasiblah yang mengikuti manusia.

Jadi, harapan akan perubahan nasib sangat bergantung pada kemauan manusia dalam mengubah diri. Maka bagi orang-orang yang punya motivasi tinggi, yang mau mengubah cara berfikir, bersikap dan bertindak, harapan akan selalu ada.

4. Belajarlah kepada pelangi
Pelangi adalah simbol keindahan. Pelangi juga simbol harapan yang terwujud. Perhatikanlah bagaimana pelangi tercipta. Berasal dari titik-titik air di udara yang dibentuk oleh sisa hujan, disorot oleh sinar matahari, lalu titik-titik air membiaskan sinar matahari ke dalam spektrum merah, kuning dan hijau.

Semakin deras hujan mengguyur, tentunya akan meninggalkan titik-titik air lebih banyak. Semakin kuat dan terang matahari menyorot, maka akan semakin banyak cahaya yang dibiaskan. Hasilnya, pelangi yang terbentuk akan membuat lengkungan makin besar dan panjang dengan warna lebih jelas dan tegas.

Dalam hidup, jika kita menginginkan harapan terwujud (pelangi), bersiaplah menghadapi hujan deras (ujian bertubi-tubi). Hujan deras di satu kawasan yang berdekatan dengan kawasan lain yang terang dengan sinar matahari yang kuat akan menghasilkan perbedaan suhu tinggi dan menghasilkan banyak petir dengan suara gelegar yang keras (olok-olok, caci maki, sindirian, fitnah, dll).

Maka bagi yang sudah menghitung betapa banyak ujian yang menimpanya, di tambah sikap-sikap tidak bersahabat dari lingkungan sekitarnya, bergembiralah, karena jika engkau tetap bersabar dan terus menerus menyimpan harapan akan hidup lebih baik, yakinlah bahwa hujan akan reda, matahari akan bersinar, dan pelangi indah akan terbit.

Sahabatku, mari pastikan diri kita termotivasi setiap hari. Jangan biarkan langkah kita terbelenggu masa lalu. Mari mantapkan diri menatap ke depan. Hidup ini dinamis, bergelombang, up and down, kadang naik kadang turun. Inilah seni. Jika kita bisa menghayati dan mengelolanya dengan baik, kita akan menjadi manusia-manusia tangguh sebagaimana ombak dahsyat di lautan melahirkan para pelaut tulen.

Re-charge terus motivasi kita agar tidak kehabisan batere. Berfikir, bersikap dan bertindaklah yang positif. Sampe bertemu di episode mendatang…

Salam Sukses!!


Cipto Utomo FM, Senior Trainer TRUSTCO Jateng
-The Ultimate Life Coach­-


EmoticonEmoticon