Rabu, 16 September 2015

Perubahan yang Berkelanjutan

Telp. (024) 7691 7578 / HP. 085640-750440 Solikin / HP. 085640-398242 Suratman
 
Kesuksesan yang kita raih hari ini belum tentu bisa menjadi sukses di hari esok apalagi di masa depan, jika kita tidak bisa melakukan penyesuaian, perubahan, perbaikan, dan belajar secara berkelanjutan dan terus menerus.

Namun demikian, bukan sekadar perubahan yang dicari, tetapi perubahan yang harus membawa perbaikan, penyempurnaan dan lebih baik. Dalam manajemen modern Jepang pun kita juga mengenal istilah Kaizen yang secara sederhana diartikan perubahan atau perbaikan secara berkesinambungan.

Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, daur hidup produk semakin singkat. Kenyataan ini memaksa kita untuk lebih intensif dan aktif belajar dan selalu melakukan perubahan-perubahan. Sebagai pribadi sukses, kita  harus berani menghadapi tantangan baru, jangan terpaku dengan ”comfort zone”, dengan alasan  sudah terbiasa hidup di sini, sudah nyaman hidup di sini, sudah terbiasa dengan cara ini. Sehingga tidak mau berubah dan akhirnya akan ditelan oleh masa dan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Ada kisah mengenai kecebong  yang merasa sudah hidup nyaman di tempat ia berada, dan tidak mau keluar dari ’comfort zone’, akhirnya mati. Coba simak fabel berikut ini:

Dari sekelompok kecebong yang hidup di sebuah selokan kecil, ada seekor kecebong yang merasa cemas dengan kondisi lingkungannya karena  populasi yang banyak dan musim kemarau. Ia sering meloncat-loncat ke atas air untuk melihat apakah ada tempat baru yang persediaan airnya mencukupi untuk mempertahankan hidup bila musim kemarau berkepanjangan. Setelah melihat-lihat, ternyata ada satu selokan yang lebih besar dengan air yang lebih banyak, ia pun mulai berpikir untuk bermigrasi ke sana.

Ketika ia mengajak  teman-temannya ruaya atau migrasi, mereka umumnya menolak, ”Di sini kan sudah hidup nyaman dan enak, makanan tersedia, banyak teman-teman; jadi, ngapain susah-susah pindah ke tempat baru yang belum tentu lebih baik?”

Teman-temannya hanya bisa melihat kondisi sekarang. Mereka tidak  mau berpikir mengenai  tantangan dan ancaman yang bakal dihadapi di masa depan. Sedangkan ia, selain menikmati hidup ini, juga selalu memperhatikan  masa depannya. Setiap hari ia memperhatikan kedalaman air selokan tempatnya tinggal.

Sampai suatu hari, air selokan semakin menurun. Ia sudah bertekad untuk meloncat ke selokan yang lebih besar di sebelahnya. ”Bila tidak mengambil risiko sekarang, maka tidak ada kesempatan lagi,” pikirnya. Inilah saatnya, karena kecebong memiliki daya loncat terbatas, bila tak segera dilakukan, ia tidak akan bisa lagi melompat  ke selokan sebelahnya bila ketinggian air tidak mencukupi.

Musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan air di selokan kecil tempat sekelompok kecebong berkumpul dari hari ke hari semakin berkurang dan akhirnya habis. Kecebong-kecebong yang tidak mau pindah akhirnya mati kekeringan. Sementara, kecebong yang telah berhasil pindah selokan bisa terus hidup.

Orang bijak berkata, apa pun yang ada  di dunia ini selalu berubah. Maka tidak ada yang statis dan tidak ada yang abadi di dunia ini. Karenanya janganlah pernah berkata: saya sudah cukup, saya sudah puas dengan kondisi ini, saya sudah pintar, sudah menguasai dan mempelajari banyak keahlian dan ilmu. Atau, saya sudah banyak makan asam garam.

Sekali lagi, hindarilah kata-kata tersebut, karena hanya akan membuat Anda terkungkung dalam status quo dan tidak berkembang. Orang yang tidak berkembang sama dengan orang yang hanya menunggu ’hari-hari kematiannya’, karena kehidupan ditandai adanya perubahan dan perkembangan tanpa henti.
Sumber : andriewongso.com

TRUSTCO NUSANTARA
Gg. Salak, Muntal, Gunungpati
(024) 7691 7578
085640750440 Solikin


EmoticonEmoticon