Kamis, 20 Februari 2014

DALAM KESENDIRIAN AKU MENANTI

Pukulan cinta ulur tak tiba hanya menunggu dan menungu dilakukan setiap harinya, entalah sampai waktunya berakhir, itupun sebagai obat rindu dalam kesendirian. Harapan akan tetap selalu ada dalam benak yang tak akan pudar begitu jauh bila rasa optomisme selalu mengelora tak tau kenapa itu selalu ada, akankah sebagi bukti dalam kesendirian ataukah inilah sebagai kebisaan yang telah lama dibiasakan ku.

Entalah tahu, hanyalah firasat-fisarat saja biar rasa kejenuhkan yang tak berombang-ambing dengan sejuta masa. Mengalir dan mengalir dengan penuh kesabaran semata bukan karena takdir melaikan sebuah kewajiban ku akan tanggung jawab itu, rasa kemanusiaan dan beban moral yang dapat dipetaruhkan.
 
Hingga ocehan akan selalu tetap ada dengan berbagai versi ungkapan, akan terhina bila tak akan berbanding lurus dengan dunia kehidupan. Memang sih, dunia memang tolak ukur waras atau tidak warasnya tindakan manusia akan ukuran tertentu. tergantung sejauh mana ia memang dengan kapasitas keilmuan dan pengetahuan yang pernah dirasakan dan dihayati selama ia hidup, akan selalu menjilat lidah.

Bagaimanapun ia kan selalu bersyukur, atas ketiadan kasih yang ia besarkan. tak berdiam diri menemani harian-harian hidupnya, dengan kebesaranya selalu menjauh dan menjauh tanpa kenal ujung, hanya pelukan yang kadang terlupakan dikarenakan akan ada beban yang lebih besar lagi yang diembangnya nan bila dihiraukan akankah dikucil akan sebuah kepercayaan-kepercayaan yang selama ini diembangnya.

KAU

Ini bukanlah catatan hidupmu melaikan sebuah kisah nyata akan langkah-langkah hidupmu yang telah aku hidup selama kau besar masa kini, menjadikan kau berbangga-bangga dengan langkah hdup mu. Do’a dan usaha tak sampai ketuhamu bila engkau tak akan meminta persetujuan ku, entalah mengapa itu terjadi. Beban dan rasa akan mejadi ringan bila telah terkabulkan, kesenaganpun akan berbunga-bungan dengan kecupan mekarnya batinpun tenang dalam jati keimanan.

Sungguh itupun berlalu, mekarnyapun bunga tak akan selamanya namun akan selalu tetap ada periode metaforanya, yang kadang kala terlupakan kau. Dengan sejuta impian akan ada lembaran yang dapat diperhitungkan bila waktunya tiba nan bila metaforapun datang perhitunga masa, embanganpun selalu betambah, entalah itu sebuah kasih sayang atau kasih atas kebencianya.

Selalu ada periode dalam penantian, kasih sayang ataupun kasih atas kebencian telah tiba banjir ataupun meletusnya gunung sebuah bentuk kasih sayang ataupun kasih atas kebencian atas kau yang malang kau persepsi sendiri-sendiri dengan persepsi itu kaum mencarikan benang merah atas kejadian itu. Yang kadangkala akan mebuah makna baru nan besar akan kekuatanya yang mungkin selama ini tak ada dibenak kau.

Kebesaranpun akan membuatnya angkuh namun itu sebuah bentuk kasih sayang semata dan bila kasih atas kebencianya itu semua sebuah renovasi diri kau akan rubah pola pikir, langkah-langkan dan strategi selama ini engkau dianggap benar buang jauh-jauh karena itu sebuah beban hidup kau semata dalam bingkai ruang.

AKU

Berbeda dengan aku dalam pertengah abadpun tak akan selalu pudar dan akan ku bawa berlari jauh mata memadang walupun pahit menjeritku namun itu ku tahu semuanya periode hidup yang tak akan dielahkan lagi dalam diri, kepahitan akan rasa manis bila engkau dalam belut mata ku memang engkau tenang nan bahagia sebagai obat rindu penantianku selama ini menanti-nanti, itulah obat mujaratku yang terbesar.

Kabagianku sebagai letakan tertinggi dalam batin bila engkau sukses melewatinya, karena memang antara kau dan aku berbeda jauh dengan bukan karena umurkau dengan umurku melaikan kelainan masa akan periode bulan yang sama dengan tiadaan takdir menjemputnya pada perbandingan perubahan. Karena merupakan akan letakan keduan dalam penantian ku akan tiadaanku nanti dengan masa kita memang berbeda.

Sungguh itupun sama, itu bukan kesalahankau melaikan kesalahan aku dalam mendidik dan membesarkan dalam periode aku, akan semua hal itu hanyalah persepsi kau yang dapat mengubahnya dan membuktinya dan cukup aku sebagai motivator tulen selama engkau melangkah dengan sungguh-sungguh, walaupun pahitnya tak akan ku rasakan akan tetapi aku akan selalu mendamping hidup kau.

Pioner sejati hanyalah engkau satu-satunya harapan aku bila kau terjatuh akan segerah menyulurkan tanggan menganggatmu dan bila kau terjatuh itu tanda kau kesungguhan sejati kau lakukan buat aku atas penantian ku selama ini, seperti hal kau dilahirkan pada waktu masa merayap dengan berusaha berdiri yang akan ketapi kau tak sanggup dikerena kau belum waktu untuk berdiri tapi tetap selalu berdiri dan itu merupakan kebanggaan terbesar bagi aku seorang diri.

Bukanlah kiasan dan bukanlah kisah nyata namun hal diatas merupakan renungan akan semua perjalan sukses atau tidaknya seorang anak bersama ibunya + tuhan, dua raga satu rasa membagun kekuatan langkah demi perubahan, perubahan tak bisa berubah bila dua raga satu rasa takan akan dapat diubah. Yang dimana kasih sayang atpun kasih atas kebencian, keseringkalinya kita hirau dalam benah raga dikarena memungkin akan pengetahuan dan keilmuan kita terlalu tinggi sehingga ibu dan bapak masukanya tak kita hiraukan.

Dengan naifnya ketika itupun terjadikan memungkinkan kebenaran itu dapat dipercaya, sehingga trauman akan menjadi-jadi menghautai akan segala arah gerakan dan langkah menuju sebuah perubahan, yang pada hal perubahan sejati adalah perubahan kabul atau tidaknya do’a kedua orang tua kita sehingga sampai pintu gerbang kesuksesan nan bila kesuksesan itu tercapai.

Pertanda keduanya tak akan minta ganti rugi akan usaha material yang ia keluarkan selama kita dibesarkan namun semua itu uluran kesenagan hatinya hingga batinya patut bersyukur atas kesuksesan membimbing dan membesarkan menjadi orang bergun bagi dirinya, orang lain dan lebih-lebih bagi bangsa dan negara sebagai bentuk wakti diri atas tana kelahirnya.

Yang tak kala bila maut menjemput, kesesat dan penyesalan menjadikan pemborgol langkah tak pasti, harapan dan impianpun tak akan sampai hingga tujuan hidup terpudar ditengah perjalan melaikan penantian semata dalam lubuk hati. Dengan sepengal kasih sayang ataupun kasih atas kebencian demi perubahan, bukakah kedua orang melarang akan ketidak tahuan melaikan akan tahu resiko dan kendala yang kita hadapi sehingga meyulurkan rasa kasih atas kebentinya.


EmoticonEmoticon