Dunia diwarnai kisah-kisah sukses orang-orang yang tangguh, berani ambil resiko, dan pantang menyerah. Mereka tidak terbelenggu oleh bayang-bayang gelap kegagalannya atau kekurangan yang ada dalam dirinya. Mereka fokus pada keberhasilan. Berkarya, berkarya, dan terus berkarya. Hingga akhirnya mereka menemukan impiannya menjadi kenyataan. Sebagaimana kisah berikut, mengajari kita bahwa untuk meraih sukses selalu ada lika-liku jalan yang menguji seberapa besar komitmen kita untuk sukses.
Anak muda ini bernama Natali Ardianto – sebuah nama yang cukup dikenal dalam jagat digital start up tanah air. Ia adalah sarjana yang kini berusia 33 tahun, dan sebelumnya menjadi karyawan bagian IT di berbagai perusahaan. Setelah beberapa tahun menjalani hidup sebagai karyawan, ia memutuskan untuk merintis bisnis sendiri di online – sebuah dunia yang ia cintai. Ia bilang, kalau jadi karyawan mungkin kenaikan pendapatan tiap tahun maksimal 15%, sementara kalau usaha sendiri kenaikannya bisa sampai 100%.
Begitulah di usia 25an tahun Ardianto memulai petualangan bisnisnya dengan mendirikan Urbanesia – sebuah online directory yang memuat daftar tempat kuliner, kafe, dan distro fashion di Jakarta. Meski sempat nge-hits, Urbanesia gagal tumbuh seperti yang ia harapkan. Meski kecewa dengan kegagalan Urbanesia, Ardianto tidak menyerah. Ia lalu mencoba merintis projek keduanya dengan membangun Golfnesia – sebuah online reservation tempat golf di Jakarta dan Bandung.
Golfnesia, sebuah nama yang lumayan keren. Namun ternyata layanan online ini juga gagal total. Kenapa? Karena ternyata sebagian besar lapangan golf di tanah air bersifat tertutup, dan tidak membuka diri terhadapa rerservasi eksternal, apalagi bersifat online. Ardianto terpukul. Dua kali mencoba merintis bisnis online, dua kali pula gagal. Ya, gagal bisnis dua kali mungkin lebih pedih dibanding diputus pacar. *Sakitnya tuh disini*
Dua kali kegagalan itu membuat Ardianto berhemat. Uang tabungannya makin menipis, dan ia mesti makan siang dengan lauk yang bersahaja demi mengirit pengeluaran. Dengan energi dan sisa uang tabungan yang tersisa, ia lalu mengajak dua temannya untuk melakukan petualangan bisnis yang ketiga.
Begitulah, ia bersama kedua temannya mengurung di kamar kerja selama 100 hari, demi melakukan coding, membuat aplikasi online ticket reservation. Tiap malam, mereka bergadang sambil ditemani kopi dan wedang bajigur. Demi passion mereka untuk membangun bisnis online yang berkibar. Tepat di bulan November 2011, setelah 100 hari 100 malam berjibaku, Ardianto meluncurkan layanan online baru mereka yang diberi nama sederhana tapi amat powerful – www.tiket.com
Ardianto deg-degan dengan peluncuran projek bisnisnya yang ketiga ini. Ia dibayangi ketakukan akan kembali gagal seperti dua usaha sebelumnya. Ia hanya bisa berdoa setelah segenap kerja keras dicurahkan, dan bergelas-gelas kopi diteguk.
Rupanya gema doa Ardianto mendapat ijabah dari Sang Maha Pemberi Rezeki.
Hanya dalam waktu 3 tahun, omzet www.tiket.com menembus angka Rp 1 TRILIUN. Sebuah pencapaian yang amat mencengangkan. Tak pernah ada dalam sejarah bisnis di tanah air – yang online ataupun offline sekalipun – sebuah bisnis yang bisa menembus omzet segeda gaban (1 TRILIUN) hanya dalam waktu 3 tahun. Never before in history.
Now that’s the power of internet economy. The miracle of digitalnomics.
Kini tiket.com bisa melakukan menjual 7000 lembar tiket kali TIAP HARI, dengan nilai rata-rata Rp 400 ribu per transaksi. 70% penjualan didapat dari tiket pesawat, dan sisanya adalah tiket konser, kereta api dan tiket lainnya. Pada tahun 2013, pertumbuhan bisnis mereka tembus 3000%. Incredible.
Sambil menyeruput secangkir cappucino, Ardianto mengenang masa saat ia harus berhemat dan berjibaku 100 hari menyiapkan bisnis ketiganya ini.
Mimpi dan passion-nya seperti mendapatkan validasi yang amat menggetarkan.
Atas pencapaian yang mengguncang itu, secara informal saya menyebut Ardianto sebagai “Mark Zukberberg of Indonesia” – the wonder boy of online economy.
Source: http://strategimanajemen.net/
EmoticonEmoticon