Trustco Jateng - Lembaga Training Jawa Tengah Telp. (024) 7691 7578 / HP. 085640-750440 Solikin / HP. 085640-398242 Suratman
Kemampuan bicara bisa menjadi senjata ampuh dalam memuluskan negosiasi bisnis. Tapi, di lain sisi, bisa juga malah menjerumuskan. Untuk itu, kebijaksanaan dalam mengelola kemampuan bicara harus kita kuasai agar mampu meraih kesuksesan.
Pada dasarnya, bagaimana kita mengelola kemampuan bicara, bisa menjadi pembeda dalam mencapai keberhasilan bisnis. Bisa jadi, dalam usaha yang dijalankan, kita perlu menjelaskan kelebihan jasa atau produk kita ke sejumlah pihak potensial. Di samping itu, kira harus bisa membedakan yang baik dan yang buruk dalam negosiasi kesepakatan bisnis serta mampu menghindari adu argumentasi yang berlebihan, karena ini bisa membuaut seseorang kehilangan rasionalitas serta bahkan berujung pada kemarahan.
Kemudian, saat berdebat atau berargumentasi, seorang pengusaha juga harus menghindari agar tidak terjebak dalam persaingan tidak perlu. Karenanya, seni berbicara ini tidak boleh didasari dengan pandangan harus memenangkan semua adu pendapat, negosiasi, atau kesepakatan bisnis. Sebab, ada saatnya, kita harus berada pada win-win solutions. Salah satunya, yakni dengan rendah hati menarik diri dari perdebatan daripada membuat pihak lain malu. Karena, bila salah satu pihak kehilangan muka di depan yang lainnya, suatu saat, semuanya justru akan dirugikan.
Ada beberapa hal lain yang juga harus dipahami untuk meraih kesuksesan dengan kemampuan bicara. Beberapa kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
• Kepada siapa kita berbicara
Bukannya membeda-bedakan, tetapi kita harus bisa selalu menempatkan diri saat harus berbicara dengan orang lain. Misalnya, bicara dengan seorang pimpinan besar perusahaan, tentu berbeda dengan rekan sejawat. Salah satu yang harus selalu diingat dalam seni kemampuan bicara—dengan siapa pun kita berbicara—adalah gunakan bahasa yang sopan dan tunjukkan rasa hormat. Misalnya, jangan mudah memotong pembicaraan orang lain, atau jangan terlalu menguasai pembicaraan. Ada baiknya, saat mengetahui kepada siapa kita berbicara, kita mempersiapkan materi apa saja yang kita sampaikan, sehingga tidak akan terjadi miskomunikasi.
• Apa yang harus kita sampaikan
Setiap yang kita sampaikan ada baiknya selalu dengan persiapan yang matang. Apalagi, jika itu menyangkut negosiasi yang harus kita lakukan. Minimal, untuk mengetahui latar belakang serta maksud dan tujuan dari pembicaraan itu harus kita kuasai. Jangan sungkan untuk bertanya pada orang lain untuk mengetahui topik yang belum terlalu kita kuasai. Sehingga, dengan kesiapan secara menyeluruh, baik bahan pembicaraan maupun apa yang akan kita katakan, kita akan memiliki kepercayaan diri tinggi saat bernegosiasi dengan siapa pun.
• Kapan harus berbicara
Ada saatnya kita perlu diam dan hanya mendengarkan, namun ada kalanya pula kita menunjukkan eksistensi kita saat harus berbicara dengan orang lain. Untuk mengetahui hal ini, kita harus pula belajar untuk tahu waktu. Misalnya, saat orang yang hendak kita ajak negosiasi sedang berada dalam suasana muram, ada baiknya kita tunjukkan simpati. Minimal, dengan tidak menyinggung masalah yang bisa menambah beban pikirannya. Sebaliknya, saat mood sedang bagus, segera ajak bernegosiasi. Untuk mengetahui kapan waktu yang tepat, kita juga perlu menjadi “pengamat” yang sensitif terhadap kondisi orang lain.
• Di mana harus mengatakannya
Hal ini berhubungan dengan situasi dan tempat yang tepat. Tak jarang, sebuah deal bisnis harus diselesaikan di hotel dan ruang mewah yang butuh biaya cukup besar. Tapi, demi kelancaran bisnis, hal tersebut harus dilakukan. Sebab, selain memberi kenyamanan, kerahasiaan juga bisa lebih terjaga.
• Bagaimana mengatakannya
Ada beberapa sikap yang harus kita jaga dalam berbicara dengan orang lain. Selain hormat dan sopan, harus pula dilandasi oleh ketulusan, jauh dari rasa sombong, penuh perhatian, dan sikap positif lainnya. Harus diingat, bahwa lawan bicara biasanya bukan sekadar memperhatikan materi pembicaraan, tapi juga sikap kita. Dan biasanya, bila sudah merasa nyaman dengan sikap, maka banyak pembicaraan bisnis yang berjalan lebih lancar.
• Bersama siapa mengatakannya
Kadang, saat deal bisnis, kita tidak sendirian dan harus mengajak partner. Siapa yang kita ajak itu haruslah sepemikiran kita dan harus pula mampu menempatkan diri. Sebisa mungkin, carilah pasangan yang cepat memuji dan lambat mengkritik. Sehingga, orang yang diajak bicara akan lebih mudah terbuka dengan kita.
Kemampuan bicara sepertinya memang sepele. Namun, “lidahmu adalah pedangmu”. Kemampuan bicara adalah salah satu kunci emas berbisnis. Dengan pemahaman ini, diharapkan kita semua bisa lebih bijaksana dan sukses! Kemampuan bicara bisa menjadi senjata ampuh dalam memuluskan negosiasi bisnis. Tapi, di lain sisi, bisa juga malah menjerumuskan. Untuk itu, kebijaksanaan dalam mengelola kemampuan bicara harus kita kuasai agar mampu meraih kesuksesan.
Pada dasarnya, bagaimana kita mengelola kemampuan bicara, bisa menjadi pembeda dalam mencapai keberhasilan bisnis. Bisa jadi, dalam usaha yang dijalankan, kita perlu menjelaskan kelebihan jasa atau produk kita ke sejumlah pihak potensial. Di samping itu, kira harus bisa membedakan yang baik dan yang buruk dalam negosiasi kesepakatan bisnis serta mampu menghindari adu argumentasi yang berlebihan, karena ini bisa membuaut seseorang kehilangan rasionalitas serta bahkan berujung pada kemarahan.
Kemudian, saat berdebat atau berargumentasi, seorang pengusaha juga harus menghindari agar tidak terjebak dalam persaingan tidak perlu. Karenanya, seni berbicara ini tidak boleh didasari dengan pandangan harus memenangkan semua adu pendapat, negosiasi, atau kesepakatan bisnis. Sebab, ada saatnya, kita harus berada pada win-win solutions. Salah satunya, yakni dengan rendah hati menarik diri dari perdebatan daripada membuat pihak lain malu. Karena, bila salah satu pihak kehilangan muka di depan yang lainnya, suatu saat, semuanya justru akan dirugikan.
Ada beberapa hal lain yang juga harus dipahami untuk meraih kesuksesan dengan kemampuan bicara. Beberapa kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
• Kepada siapa kita berbicara
Bukannya membeda-bedakan, tetapi kita harus bisa selalu menempatkan diri saat harus berbicara dengan orang lain. Misalnya, bicara dengan seorang pimpinan besar perusahaan, tentu berbeda dengan rekan sejawat. Salah satu yang harus selalu diingat dalam seni kemampuan bicara—dengan siapa pun kita berbicara—adalah gunakan bahasa yang sopan dan tunjukkan rasa hormat. Misalnya, jangan mudah memotong pembicaraan orang lain, atau jangan terlalu menguasai pembicaraan. Ada baiknya, saat mengetahui kepada siapa kita berbicara, kita mempersiapkan materi apa saja yang kita sampaikan, sehingga tidak akan terjadi miskomunikasi.
• Apa yang harus kita sampaikan
Setiap yang kita sampaikan ada baiknya selalu dengan persiapan yang matang. Apalagi, jika itu menyangkut negosiasi yang harus kita lakukan. Minimal, untuk mengetahui latar belakang serta maksud dan tujuan dari pembicaraan itu harus kita kuasai. Jangan sungkan untuk bertanya pada orang lain untuk mengetahui topik yang belum terlalu kita kuasai. Sehingga, dengan kesiapan secara menyeluruh, baik bahan pembicaraan maupun apa yang akan kita katakan, kita akan memiliki kepercayaan diri tinggi saat bernegosiasi dengan siapa pun.
• Kapan harus berbicara
Ada saatnya kita perlu diam dan hanya mendengarkan, namun ada kalanya pula kita menunjukkan eksistensi kita saat harus berbicara dengan orang lain. Untuk mengetahui hal ini, kita harus pula belajar untuk tahu waktu. Misalnya, saat orang yang hendak kita ajak negosiasi sedang berada dalam suasana muram, ada baiknya kita tunjukkan simpati. Minimal, dengan tidak menyinggung masalah yang bisa menambah beban pikirannya. Sebaliknya, saat mood sedang bagus, segera ajak bernegosiasi. Untuk mengetahui kapan waktu yang tepat, kita juga perlu menjadi “pengamat” yang sensitif terhadap kondisi orang lain.
• Di mana harus mengatakannya
Hal ini berhubungan dengan situasi dan tempat yang tepat. Tak jarang, sebuah deal bisnis harus diselesaikan di hotel dan ruang mewah yang butuh biaya cukup besar. Tapi, demi kelancaran bisnis, hal tersebut harus dilakukan. Sebab, selain memberi kenyamanan, kerahasiaan juga bisa lebih terjaga.
• Bagaimana mengatakannya
Ada beberapa sikap yang harus kita jaga dalam berbicara dengan orang lain. Selain hormat dan sopan, harus pula dilandasi oleh ketulusan, jauh dari rasa sombong, penuh perhatian, dan sikap positif lainnya. Harus diingat, bahwa lawan bicara biasanya bukan sekadar memperhatikan materi pembicaraan, tapi juga sikap kita. Dan biasanya, bila sudah merasa nyaman dengan sikap, maka banyak pembicaraan bisnis yang berjalan lebih lancar.
• Bersama siapa mengatakannya
Kadang, saat deal bisnis, kita tidak sendirian dan harus mengajak partner. Siapa yang kita ajak itu haruslah sepemikiran kita dan harus pula mampu menempatkan diri. Sebisa mungkin, carilah pasangan yang cepat memuji dan lambat mengkritik. Sehingga, orang yang diajak bicara akan lebih mudah terbuka dengan kita.
Kemampuan bicara sepertinya memang sepele. Namun, “lidahmu adalah pedangmu”. Kemampuan bicara adalah salah satu kunci emas berbisnis. Dengan pemahaman ini, diharapkan kita semua bisa lebih bijaksana dan sukses!
Pada dasarnya, bagaimana kita mengelola kemampuan bicara, bisa menjadi pembeda dalam mencapai keberhasilan bisnis. Bisa jadi, dalam usaha yang dijalankan, kita perlu menjelaskan kelebihan jasa atau produk kita ke sejumlah pihak potensial. Di samping itu, kira harus bisa membedakan yang baik dan yang buruk dalam negosiasi kesepakatan bisnis serta mampu menghindari adu argumentasi yang berlebihan, karena ini bisa membuaut seseorang kehilangan rasionalitas serta bahkan berujung pada kemarahan.
Kemudian, saat berdebat atau berargumentasi, seorang pengusaha juga harus menghindari agar tidak terjebak dalam persaingan tidak perlu. Karenanya, seni berbicara ini tidak boleh didasari dengan pandangan harus memenangkan semua adu pendapat, negosiasi, atau kesepakatan bisnis. Sebab, ada saatnya, kita harus berada pada win-win solutions. Salah satunya, yakni dengan rendah hati menarik diri dari perdebatan daripada membuat pihak lain malu. Karena, bila salah satu pihak kehilangan muka di depan yang lainnya, suatu saat, semuanya justru akan dirugikan.
Ada beberapa hal lain yang juga harus dipahami untuk meraih kesuksesan dengan kemampuan bicara. Beberapa kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
• Kepada siapa kita berbicara
Bukannya membeda-bedakan, tetapi kita harus bisa selalu menempatkan diri saat harus berbicara dengan orang lain. Misalnya, bicara dengan seorang pimpinan besar perusahaan, tentu berbeda dengan rekan sejawat. Salah satu yang harus selalu diingat dalam seni kemampuan bicara—dengan siapa pun kita berbicara—adalah gunakan bahasa yang sopan dan tunjukkan rasa hormat. Misalnya, jangan mudah memotong pembicaraan orang lain, atau jangan terlalu menguasai pembicaraan. Ada baiknya, saat mengetahui kepada siapa kita berbicara, kita mempersiapkan materi apa saja yang kita sampaikan, sehingga tidak akan terjadi miskomunikasi.
• Apa yang harus kita sampaikan
Setiap yang kita sampaikan ada baiknya selalu dengan persiapan yang matang. Apalagi, jika itu menyangkut negosiasi yang harus kita lakukan. Minimal, untuk mengetahui latar belakang serta maksud dan tujuan dari pembicaraan itu harus kita kuasai. Jangan sungkan untuk bertanya pada orang lain untuk mengetahui topik yang belum terlalu kita kuasai. Sehingga, dengan kesiapan secara menyeluruh, baik bahan pembicaraan maupun apa yang akan kita katakan, kita akan memiliki kepercayaan diri tinggi saat bernegosiasi dengan siapa pun.
• Kapan harus berbicara
Ada saatnya kita perlu diam dan hanya mendengarkan, namun ada kalanya pula kita menunjukkan eksistensi kita saat harus berbicara dengan orang lain. Untuk mengetahui hal ini, kita harus pula belajar untuk tahu waktu. Misalnya, saat orang yang hendak kita ajak negosiasi sedang berada dalam suasana muram, ada baiknya kita tunjukkan simpati. Minimal, dengan tidak menyinggung masalah yang bisa menambah beban pikirannya. Sebaliknya, saat mood sedang bagus, segera ajak bernegosiasi. Untuk mengetahui kapan waktu yang tepat, kita juga perlu menjadi “pengamat” yang sensitif terhadap kondisi orang lain.
• Di mana harus mengatakannya
Hal ini berhubungan dengan situasi dan tempat yang tepat. Tak jarang, sebuah deal bisnis harus diselesaikan di hotel dan ruang mewah yang butuh biaya cukup besar. Tapi, demi kelancaran bisnis, hal tersebut harus dilakukan. Sebab, selain memberi kenyamanan, kerahasiaan juga bisa lebih terjaga.
• Bagaimana mengatakannya
Ada beberapa sikap yang harus kita jaga dalam berbicara dengan orang lain. Selain hormat dan sopan, harus pula dilandasi oleh ketulusan, jauh dari rasa sombong, penuh perhatian, dan sikap positif lainnya. Harus diingat, bahwa lawan bicara biasanya bukan sekadar memperhatikan materi pembicaraan, tapi juga sikap kita. Dan biasanya, bila sudah merasa nyaman dengan sikap, maka banyak pembicaraan bisnis yang berjalan lebih lancar.
• Bersama siapa mengatakannya
Kadang, saat deal bisnis, kita tidak sendirian dan harus mengajak partner. Siapa yang kita ajak itu haruslah sepemikiran kita dan harus pula mampu menempatkan diri. Sebisa mungkin, carilah pasangan yang cepat memuji dan lambat mengkritik. Sehingga, orang yang diajak bicara akan lebih mudah terbuka dengan kita.
Kemampuan bicara sepertinya memang sepele. Namun, “lidahmu adalah pedangmu”. Kemampuan bicara adalah salah satu kunci emas berbisnis. Dengan pemahaman ini, diharapkan kita semua bisa lebih bijaksana dan sukses! Kemampuan bicara bisa menjadi senjata ampuh dalam memuluskan negosiasi bisnis. Tapi, di lain sisi, bisa juga malah menjerumuskan. Untuk itu, kebijaksanaan dalam mengelola kemampuan bicara harus kita kuasai agar mampu meraih kesuksesan.
Pada dasarnya, bagaimana kita mengelola kemampuan bicara, bisa menjadi pembeda dalam mencapai keberhasilan bisnis. Bisa jadi, dalam usaha yang dijalankan, kita perlu menjelaskan kelebihan jasa atau produk kita ke sejumlah pihak potensial. Di samping itu, kira harus bisa membedakan yang baik dan yang buruk dalam negosiasi kesepakatan bisnis serta mampu menghindari adu argumentasi yang berlebihan, karena ini bisa membuaut seseorang kehilangan rasionalitas serta bahkan berujung pada kemarahan.
Kemudian, saat berdebat atau berargumentasi, seorang pengusaha juga harus menghindari agar tidak terjebak dalam persaingan tidak perlu. Karenanya, seni berbicara ini tidak boleh didasari dengan pandangan harus memenangkan semua adu pendapat, negosiasi, atau kesepakatan bisnis. Sebab, ada saatnya, kita harus berada pada win-win solutions. Salah satunya, yakni dengan rendah hati menarik diri dari perdebatan daripada membuat pihak lain malu. Karena, bila salah satu pihak kehilangan muka di depan yang lainnya, suatu saat, semuanya justru akan dirugikan.
Ada beberapa hal lain yang juga harus dipahami untuk meraih kesuksesan dengan kemampuan bicara. Beberapa kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
• Kepada siapa kita berbicara
Bukannya membeda-bedakan, tetapi kita harus bisa selalu menempatkan diri saat harus berbicara dengan orang lain. Misalnya, bicara dengan seorang pimpinan besar perusahaan, tentu berbeda dengan rekan sejawat. Salah satu yang harus selalu diingat dalam seni kemampuan bicara—dengan siapa pun kita berbicara—adalah gunakan bahasa yang sopan dan tunjukkan rasa hormat. Misalnya, jangan mudah memotong pembicaraan orang lain, atau jangan terlalu menguasai pembicaraan. Ada baiknya, saat mengetahui kepada siapa kita berbicara, kita mempersiapkan materi apa saja yang kita sampaikan, sehingga tidak akan terjadi miskomunikasi.
• Apa yang harus kita sampaikan
Setiap yang kita sampaikan ada baiknya selalu dengan persiapan yang matang. Apalagi, jika itu menyangkut negosiasi yang harus kita lakukan. Minimal, untuk mengetahui latar belakang serta maksud dan tujuan dari pembicaraan itu harus kita kuasai. Jangan sungkan untuk bertanya pada orang lain untuk mengetahui topik yang belum terlalu kita kuasai. Sehingga, dengan kesiapan secara menyeluruh, baik bahan pembicaraan maupun apa yang akan kita katakan, kita akan memiliki kepercayaan diri tinggi saat bernegosiasi dengan siapa pun.
• Kapan harus berbicara
Ada saatnya kita perlu diam dan hanya mendengarkan, namun ada kalanya pula kita menunjukkan eksistensi kita saat harus berbicara dengan orang lain. Untuk mengetahui hal ini, kita harus pula belajar untuk tahu waktu. Misalnya, saat orang yang hendak kita ajak negosiasi sedang berada dalam suasana muram, ada baiknya kita tunjukkan simpati. Minimal, dengan tidak menyinggung masalah yang bisa menambah beban pikirannya. Sebaliknya, saat mood sedang bagus, segera ajak bernegosiasi. Untuk mengetahui kapan waktu yang tepat, kita juga perlu menjadi “pengamat” yang sensitif terhadap kondisi orang lain.
• Di mana harus mengatakannya
Hal ini berhubungan dengan situasi dan tempat yang tepat. Tak jarang, sebuah deal bisnis harus diselesaikan di hotel dan ruang mewah yang butuh biaya cukup besar. Tapi, demi kelancaran bisnis, hal tersebut harus dilakukan. Sebab, selain memberi kenyamanan, kerahasiaan juga bisa lebih terjaga.
• Bagaimana mengatakannya
Ada beberapa sikap yang harus kita jaga dalam berbicara dengan orang lain. Selain hormat dan sopan, harus pula dilandasi oleh ketulusan, jauh dari rasa sombong, penuh perhatian, dan sikap positif lainnya. Harus diingat, bahwa lawan bicara biasanya bukan sekadar memperhatikan materi pembicaraan, tapi juga sikap kita. Dan biasanya, bila sudah merasa nyaman dengan sikap, maka banyak pembicaraan bisnis yang berjalan lebih lancar.
• Bersama siapa mengatakannya
Kadang, saat deal bisnis, kita tidak sendirian dan harus mengajak partner. Siapa yang kita ajak itu haruslah sepemikiran kita dan harus pula mampu menempatkan diri. Sebisa mungkin, carilah pasangan yang cepat memuji dan lambat mengkritik. Sehingga, orang yang diajak bicara akan lebih mudah terbuka dengan kita.
Kemampuan bicara sepertinya memang sepele. Namun, “lidahmu adalah pedangmu”. Kemampuan bicara adalah salah satu kunci emas berbisnis. Dengan pemahaman ini, diharapkan kita semua bisa lebih bijaksana dan sukses!
Sumber : www.andriewongso.com
Untuk mendapatkan informasi produk-produk training kami
Gg. Salak , Muntal, Gunungpati
Kota Semarang, Jawa Tengah
Telp. (024) 7691 7578
Hubungi HP. 085640-750440 Solikin
HP. 085640-398242 Suratman
Gg. Salak , Muntal, Gunungpati
Kota Semarang, Jawa Tengah
Telp. (024) 7691 7578
Hubungi HP. 085640-750440 Solikin
HP. 085640-398242 Suratman
EmoticonEmoticon