Telp. (024) 7691 7578 / HP. 085640-750440 Solikin / HP. 085640-398242 Suratman
Beberapa
orang berpendapat bahwa Arung Jeram juga merupakan uji keberanian diri
menghadapi tantangan. Dan karena Arung Jeram, untuk jenis-jenis tertentu
merupakan olah raga beregu, maka dengan segenap unsurnya Arung Jeram
dianggap puncak dari olah raga beregu.Kegiatan Arung Jeram sebenarnya
telah ada sejak dahulu. Masyarakat tradisional di Kalimantan dengan
kondisi alamnya yang menantang, dengan sungai-sungainya yang lebar dan
sebagian berjeram, telah menjadikan kegiatan Arung Jeram sebagai bagian
hidup keseharian.
Di negeri Paman Sam, kegiatan Arung
Jeram sebagai olah raga dipelopori oleh Mayor John Wisley, seorang
ilmuwan yang memimpin sebuah ekspedisi di sepanjang Sungai Colorado,
pada tahun 1860-an. Perahu yang digunakanya terbuat dari kayu. Di akhir
abad XIX, seorang ilmuwan bangsa Belanda memimpin ekspedisi menyusuri
sungai Kapuas dan Mahakam di Kalimantan yang juga berjeram, dengan
menggunakan perahu suku Dayak yang terbuat dari Kayu. Perjalanan ini
menempuh waktu hampir satu tahun. Ketika Tahun 1994 rute perjalanan ini
ditapaktilasi kembali, dengan perahu boat bermotor, diperlukan waktu 44
hari untuk mengarungi jalur ini
Arung Jeram di Indonesia
Sejarah
petualangan sungai di Indonesia dimulai sekitar awal tahun 1970-an
dengan istilah olah raga arus deras (ORAD). Dipelopori oleh rekan-rekan
pecinta alam dari Bandung dan Jakarta, olah raga ini kemudian menjadi
salah satu olah raga petualangan yang paling diminati para pecinta alam.
Pada tahun 1975, salah satu kelompok pencinta alam menggelar Citarum
Rally
Sekitar tahun 1975, kelompok pencinta
alam mengembangkan juga olah raga ini dengan ekspedisi melintas Sungai
Mahakam dan Sungai Barito, bersama dengan Frank Morgan, seorang
pengacara profesional. Kelompok ini juga melaksanakan ekspedisi ke
Sungai Alas.
Perahu dan peralatan yang dipakai mulai
meningkat kwalitasnya, dimulai dari ban dalam, perahu LCR tentara,
sampai perahu karet khusus Sungai (River Raft), juga perahu Kayak. Hal
ini mendorong Arung Jeram tumbuh cukup pesat, dan menarik minat para
pengarung jeram untuk mengarungi sungai-sungai di daerah yang jauh dan
penuh tantangan. Sungai Mahakam, Barito, Alas , Mamberamo dan Van Der
Wall, kemudian juga diarungi. Di Pulau Jawa banyak sungai yang biasa
diarungi. Citarik, Cimandiri, Citatih, dan Cimanuk di Jawa Barat. Jawa
Tengah meiliki sungai Progo, Serayu dan Elo yang biasa diarungi. Jawa
Timur memilki sungai Ireng-ireng di lereng Gunung Semeru, yang cukup
menantang. Arung Jeram terus berkembang dengan cukup pesat. Namun,
seiring dengan perkembangannya beberapa kecelakaan yang merenggut nyawa
juga menjadi bagian dari sejarah perkembangan arung jeram Indonesia.
Pada
tahun 1994 diadakan Kejuaraan Nasional Arung Jeram yang agak resmi di
Sungai Ayung, Ubud-Bali. Di kejuaraan ini diterapkan standard
penyelenggaran internasional, baik perlengkapan, materi lomba maupun
perlengkapan dan penjuriannya. Kegiatan inilah yang kemudian dianggap
pemicu kebangkitan Arung Jeram di Indonesia.
Secara
komersial wisata Arung Jeram diperkenalkan oleh SOBEK EXPEDITION yang
kemudian membuka wisata Arung Jeram di Sungai Ayung Bali, sungai Alas di
Aceh , sungai Saadan - Toraja, Sulawesi Selatan dan Citarik Jawa Barat.
Saat ini sudah banyak operator wisata Arung Jeram, baik di Jawa, Bali,
Sumatera Barat, Aceh dan Sulawesi Utara. Dengan berkembangnya wisata
Arung Jeram ini, maka saat ini Arung Jeram telah menjadi olah raga
petualangan sekaligus wisata dan rekreasi keluarga, siap menantang siapa
saja yang ingin menikmati pengalaman baru, dan bukan lagi hanya
kegemaran dari para petualang sejati.
Demikian juga
dengan tumbuhnya industri wisata Arung Jeram, yang memacu kegairahan
berbagai kelompok masyarakat untuk ikut menikmati Arung Jeram. Tumbuhnya
industri wisata arung jeram ini sayangnya tidak diimbangi dengan
Standar Pelayanan dan Keselamatan Wisata Arung Jeram, karenanya seiring
makin banyaknya peminat wisata, timbulnya korban juga bertambah.
Kecelakaan arung jeram yang menimpa Kepala Divisi Komunikasi BPPN
Raymond van Beekum lantaran tersipu air bah di sungai Cisedane, Bogor,
sempat mengguncang bisnis wisata arung jeram di Jawa Barat selama lebih
dari 1 (satu) tahun, karena luasnya liputan media massa. Dibentuknya
Asosiasi Pengusaha Arung Jeram (IWA Indonesia White Water Association)
diharapkan menjadi mitra bagi FAJI, untuk ikut membangun dunia arung
jeram Indonesia yang aman dan berprestasi international.Utamakan Selamat
Arung
Jeram secara rata-rata dianggap lebih menantang, beresiko dan
berbahaya. Hal ini karena Arung Jeram harus menghadapi rintangan alam
yang nyata, dan kadang tidak dapat diduga dan datangnya tiba-tiba.
Tetapi seorang penulis petualangan kenamaan, William Mc. Ginnes,
menyatakan bahwa sebenarnya Arung Jeram tak lebih beresiko dibanding
mengemudi di jalan raya. Walu begitu, pengarungan sungai haruslah
disesuaikan dengan kemampuan, ketrampilan dan keadaan alam. Karenanya
dalam ber-Arung Jeram keselamatan haruslah tetap menjadi pertimbangan
utama.
Sungai berjeram dibagi dalam berbagai tingkat
kesulitan (kelas), dari Kelas I (termudah) sampai Kelas VI (tak boleh
diarungi). Seperti juga olah raga petualangan lainya Arung Jeram juga
memiliki 2 macam bahaya utama ; bahaya dari diri sendiri, termasuk
persiapan dan perlengkapan (Subjective Danger) dan bahaya dari alam
(Objective Danger). Untuk Arung Jeram, bahaya dari alam terutama adalah
sifat dari sungai itu sendiri. Demikian juga perlengkapan, kalau tidak
tepat dan kurang lengkap akan menimbulkan bahaya yang nyata
(Kecelakaan). Adapun untuk menghindari bahaya dari diri sendiri,
seseorang harus berlatih, berlatih dan belajar, baik ketrampilan maupun
ilmu-ilmu pendukungnya.
Federasi Arung Jeram Indonesia
[Dengan
terus berkembanganya Arung Jeram di Indonesia, para penggiatnya merasa
bahwa perlu suatu wadah yang dapat membina kegiatan Arung Jeram dengan
lebih terorganisir, memiliki wawasan dan tujuan yang jelas. Pada bulan
Maret 1996, oleh 38 Organisasi Pecinta Alam, Klub Arung Jeram Amatir,
Profesional dan Komersial, telah dibentuk Federasi Arung Jeram Indonesia
(FAJI), yang kemudian terpilih menjadi Ketua adalah Amalia Yunita,
seorang penjelajah dan petualang handal anggota Aranyacala Universitas
Trisakti, yang kini aktif diperusahaan Wisata Arung Jeram PT. Lintas
Jeram Nusantara.
Federasi Arung Jeram
Indonesia (FAJI) antara lain bertujuan mengembangkan Arung Jeram sebagai
olah raga petualangan menjadi olah raga prestasi dan lebih aman, serta
meningkatkan sumber daya manusia dibidang Arung Jeram. Dalam program
-programnya, FAJI akan membuat pelatihan-pelatihan berjenjang,
kejuaraan-kejuaraan dan invitasi, menetapkan norma keselamatan (safety
codes), standarisasi peralatan dan teknik, serta upaya-upaya lainnya
untuk memasyarakatkan olah raga Arung Jeram. Selain berwawasan olah raga
dan petualangan, FAJI juga berwawasan dan memiliki program-program
lingkungan, terutama berfokus pada masalah sungai.
Setelah
dipimpin oleh Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Harry Triono
tahun 2001-2002, saat ini FAJI diketuai oleh Komandan Korps Marinir
Mayjen TNI (Mar) Safzen Nurdin. Pada tahun 2001 PB FAJI telah menjadi
bagian dari organisasi rafting internasional (IRF) serta terus
melaksanakan upaya konsolidasi dan membentuk Pengda-pengda. Dan pada
bulan Oktober 2001, PB FAJI untuk pertama kalinya mengirim tim untuk
berlaga di Kejuaraan Internasional yang diselenggarakan IRF. Dan di
bulan November 2001, FAJI kembali bekerjasama dengan Korps Marinir dan
TSA Komunika menyelenggarakan Kejurnas Arung Jeram II di Sungai Citarum
Jawa Barat. Kejurnas II ini diikuti oleh 81 club dari berbagai daerah di
Indonesia.
Beberapa daerah juga menyelenggarakan
kompetisi baik tingkat local, nasional maupun Internasional; Asahan
White Water Festival 2000, Asahan Race 2001 & 2003, Piala Gubernur
Sumut 2001-2, Kejuaraan Arung Jeram Terbuka Rongkong 2004, LACi I & 2
Jawa Barat 2004 dsb. Hal ini menandai semakin maraknya kompetisi arung
jeram di Indonesia.
Sejak banjir pertama kali melanda
Jakarta, 29 Januari 2002, FAJI bergabung bersama Korps Marinir, ORARI,
Indonesia Offroad Federation, KSR UKI, kelompok pencinta alam
se-Jakarta, ikut serta dalam upaya evaluasi korban banjir . Pada saat
pasca banjir PB FAJI memfasilitasi sekretariat POSKO SIAGA BANJIR ARUNG
JERAM PEDULI dengan misi utama siaga evakuasi korban banjir dan
distribusi logistik di tempat yang sulit dijangkau dengan menggunakan
perahu karet atau kendaraan 4 X 4. Dalam penanganan bencana Tsunami di
Aceh - Nias, FAJI bergabung dengan Global Rescue Network (GRN) dalam
melakukan tugas kemanusiaan Operasi Pesisir Barat Aceh Nias.
Saat
ini Pengurus Besar FAJI telah memiliki perwakilan di 10 propinsi dan di
tahun 2005 ini diharapkan bertambah menjadi 15 Pengda. Untuk publikasi
FAJI telah menerbitkan Majalah Kegiatan Alam Terbuka JELAJAH, yang
menuliskan tidak saja kegiatan Arung Jeram juga kegiatan alam terbuka
lainnya, dan meluncurkan Web Site http://www.faji.org.
Asal Usul Arung Jeram
Beberapa
orang berpendapat bahwa Arung Jeram juga merupakan uji keberanian diri
menghadapi tantangan. Dan karena Arung Jeram, untuk jenis-jenis tertentu
merupakan olah raga beregu, maka dengan segenap unsurnya Arung Jeram
dianggap puncak dari olah raga beregu.Kegiatan Arung Jeram sebenarnya
telah ada sejak dahulu. Masyarakat tradisional di Kalimantan dengan
kondisi alamnya yang menantang, dengan sungai-sungainya yang lebar dan
sebagian berjeram, telah menjadikan kegiatan Arung Jeram sebagai bagian
hidup keseharian.
Di negeri Paman Sam, kegiatan Arung
Jeram sebagai olah raga dipelopori oleh Mayor John Wisley, seorang
ilmuwan yang memimpin sebuah ekspedisi di sepanjang Sungai Colorado,
pada tahun 1860-an. Perahu yang digunakanya terbuat dari kayu. Di akhir
abad XIX, seorang ilmuwan bangsa Belanda memimpin ekspedisi menyusuri
sungai Kapuas dan Mahakam di Kalimantan yang juga berjeram, dengan
menggunakan perahu suku Dayak yang terbuat dari Kayu. Perjalanan ini
menempuh waktu hampir satu tahun. Ketika Tahun 1994 rute perjalanan ini
ditapaktilasi kembali, dengan perahu boat bermotor, diperlukan waktu 44
hari untuk mengarungi jalur ini
Arung Jeram di Indonesia
Sejarah
petualangan sungai di Indonesia dimulai sekitar awal tahun 1970-an
dengan istilah olah raga arus deras (ORAD). Dipelopori oleh rekan-rekan
pecinta alam dari Bandung dan Jakarta, olah raga ini kemudian menjadi
salah satu olah raga petualangan yang paling diminati para pecinta alam.
Pada tahun 1975, salah satu kelompok pencinta alam menggelar Citarum
Rally
Sekitar tahun 1975, kelompok pencinta alam
mengembangkan juga olah raga ini dengan ekspedisi melintas Sungai
Mahakam dan Sungai Barito, bersama dengan Frank Morgan, seorang
pengacara profesional. Kelompok ini juga melaksanakan ekspedisi ke
Sungai Alas.
Perahu dan peralatan yang dipakai mulai
meningkat kwalitasnya, dimulai dari ban dalam, perahu LCR tentara,
sampai perahu karet khusus Sungai (River Raft), juga perahu Kayak. Hal
ini mendorong Arung Jeram tumbuh cukup pesat, dan menarik minat para
pengarung jeram untuk mengarungi sungai-sungai di daerah yang jauh dan
penuh tantangan. Sungai Mahakam, Barito, Alas , Mamberamo dan Van Der
Wall, kemudian juga diarungi. Di Pulau Jawa banyak sungai yang biasa
diarungi. Citarik, Cimandiri, Citatih, dan Cimanuk di Jawa Barat. Jawa
Tengah meiliki sungai Progo, Serayu dan Elo yang biasa diarungi. Jawa
Timur memilki sungai Ireng-ireng di lereng Gunung Semeru, yang cukup
menantang. Arung Jeram terus berkembang dengan cukup pesat. Namun,
seiring dengan perkembangannya beberapa kecelakaan yang merenggut nyawa
juga menjadi bagian dari sejarah perkembangan arung jeram Indonesia.
Pada
tahun 1994 diadakan Kejuaraan Nasional Arung Jeram yang agak resmi di
Sungai Ayung, Ubud-Bali. Di kejuaraan ini diterapkan standard
penyelenggaran internasional, baik perlengkapan, materi lomba maupun
perlengkapan dan penjuriannya. Kegiatan inilah yang kemudian dianggap
pemicu kebangkitan Arung Jeram di Indonesia.
Secara
komersial wisata Arung Jeram diperkenalkan oleh SOBEK EXPEDITION yang
kemudian membuka wisata Arung Jeram di Sungai Ayung Bali, sungai Alas di
Aceh , sungai Saadan - Toraja, Sulawesi Selatan dan Citarik Jawa Barat.
Saat ini sudah banyak operator wisata Arung Jeram, baik di Jawa, Bali,
Sumatera Barat, Aceh dan Sulawesi Utara. Dengan berkembangnya wisata
Arung Jeram ini, maka saat ini Arung Jeram telah menjadi olah raga
petualangan sekaligus wisata dan rekreasi keluarga, siap menantang siapa
saja yang ingin menikmati pengalaman baru, dan bukan lagi hanya
kegemaran dari para petualang sejati.
Demikian juga
dengan tumbuhnya industri wisata Arung Jeram, yang memacu kegairahan
berbagai kelompok masyarakat untuk ikut menikmati Arung Jeram. Tumbuhnya
industri wisata arung jeram ini sayangnya tidak diimbangi dengan
Standar Pelayanan dan Keselamatan Wisata Arung Jeram, karenanya seiring
makin banyaknya peminat wisata, timbulnya korban juga bertambah.
Kecelakaan arung jeram yang menimpa Kepala Divisi Komunikasi BPPN
Raymond van Beekum lantaran tersipu air bah di sungai Cisedane, Bogor,
sempat mengguncang bisnis wisata arung jeram di Jawa Barat selama lebih
dari 1 (satu) tahun, karena luasnya liputan media massa. Dibentuknya
Asosiasi Pengusaha Arung Jeram (IWA Indonesia White Water Association)
diharapkan menjadi mitra bagi FAJI, untuk ikut membangun dunia arung
jeram Indonesia yang aman dan berprestasi international.Utamakan Selamat
Arung
Jeram secara rata-rata dianggap lebih menantang, beresiko dan
berbahaya. Hal ini karena Arung Jeram harus menghadapi rintangan alam
yang nyata, dan kadang tidak dapat diduga dan datangnya tiba-tiba.
Tetapi seorang penulis petualangan kenamaan, William Mc. Ginnes,
menyatakan bahwa sebenarnya Arung Jeram tak lebih beresiko dibanding
mengemudi di jalan raya. Walu begitu, pengarungan sungai haruslah
disesuaikan dengan kemampuan, ketrampilan dan keadaan alam. Karenanya
dalam ber-Arung Jeram keselamatan haruslah tetap menjadi pertimbangan
utama.
Sungai berjeram dibagi dalam berbagai tingkat
kesulitan (kelas), dari Kelas I (termudah) sampai Kelas VI (tak boleh
diarungi). Seperti juga olah raga petualangan lainya Arung Jeram juga
memiliki 2 macam bahaya utama ; bahaya dari diri sendiri, termasuk
persiapan dan perlengkapan (Subjective Danger) dan bahaya dari alam
(Objective Danger). Untuk Arung Jeram, bahaya dari alam terutama adalah
sifat dari sungai itu sendiri. Demikian juga perlengkapan, kalau tidak
tepat dan kurang lengkap akan menimbulkan bahaya yang nyata
(Kecelakaan). Adapun untuk menghindari bahaya dari diri sendiri,
seseorang harus berlatih, berlatih dan belajar, baik ketrampilan maupun
ilmu-ilmu pendukungnya.
Federasi Arung Jeram Indonesia
[Dengan
terus berkembanganya Arung Jeram di Indonesia, para penggiatnya merasa
bahwa perlu suatu wadah yang dapat membina kegiatan Arung Jeram dengan
lebih terorganisir, memiliki wawasan dan tujuan yang jelas. Pada bulan
Maret 1996, oleh 38 Organisasi Pecinta Alam, Klub Arung Jeram Amatir,
Profesional dan Komersial, telah dibentuk Federasi Arung Jeram Indonesia
(FAJI), yang kemudian terpilih menjadi Ketua adalah Amalia Yunita,
seorang penjelajah dan petualang handal anggota Aranyacala Universitas
Trisakti, yang kini aktif diperusahaan Wisata Arung Jeram PT. Lintas
Jeram Nusantara.
Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI)
antara lain bertujuan mengembangkan Arung Jeram sebagai olah raga
petualangan menjadi olah raga prestasi dan lebih aman, serta
meningkatkan sumber daya manusia dibidang Arung Jeram. Dalam program
-programnya, FAJI akan membuat pelatihan-pelatihan berjenjang,
kejuaraan-kejuaraan dan invitasi, menetapkan norma keselamatan (safety
codes), standarisasi peralatan dan teknik, serta upaya-upaya lainnya
untuk memasyarakatkan olah raga Arung Jeram. Selain berwawasan olah raga
dan petualangan, FAJI juga berwawasan dan memiliki program-program
lingkungan, terutama berfokus pada masalah sungai.
Setelah
dipimpin oleh Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Harry Triono
tahun 2001-2002, saat ini FAJI diketuai oleh Komandan Korps Marinir
Mayjen TNI (Mar) Safzen Nurdin. Pada tahun 2001 PB FAJI telah menjadi
bagian dari organisasi rafting internasional (IRF) serta terus
melaksanakan upaya konsolidasi dan membentuk Pengda-pengda. Dan pada
bulan Oktober 2001, PB FAJI untuk pertama kalinya mengirim tim untuk
berlaga di Kejuaraan Internasional yang diselenggarakan IRF. Dan di
bulan November 2001, FAJI kembali bekerjasama dengan Korps Marinir dan
TSA Komunika menyelenggarakan Kejurnas Arung Jeram II di Sungai Citarum
Jawa Barat. Kejurnas II ini diikuti oleh 81 club dari berbagai daerah di
Indonesia.
Beberapa daerah juga menyelenggarakan
kompetisi baik tingkat local, nasional maupun Internasional; Asahan
White Water Festival 2000, Asahan Race 2001 & 2003, Piala Gubernur
Sumut 2001-2, Kejuaraan Arung Jeram Terbuka Rongkong 2004, LACi I & 2
Jawa Barat 2004 dsb. Hal ini menandai semakin maraknya kompetisi arung
jeram di Indonesia.
Sejak banjir pertama kali melanda
Jakarta, 29 Januari 2002, FAJI bergabung bersama Korps Marinir, ORARI,
Indonesia Offroad Federation, KSR UKI, kelompok pencinta alam
se-Jakarta, ikut serta dalam upaya evaluasi korban banjir . Pada saat
pasca banjir PB FAJI memfasilitasi sekretariat POSKO SIAGA BANJIR ARUNG
JERAM PEDULI dengan misi utama siaga evakuasi korban banjir dan
distribusi logistik di tempat yang sulit dijangkau dengan menggunakan
perahu karet atau kendaraan 4 X 4. Dalam penanganan bencana Tsunami di
Aceh - Nias, FAJI bergabung dengan Global Rescue Network (GRN) dalam
melakukan tugas kemanusiaan Operasi Pesisir Barat Aceh Nias.
Saat
ini Pengurus Besar FAJI telah memiliki perwakilan di 10 propinsi dan di
tahun 2005 ini diharapkan bertambah menjadi 15 Pengda. Untuk publikasi
FAJI telah menerbitkan Majalah Kegiatan Alam Terbuka JELAJAH, yang
menuliskan tidak saja kegiatan Arung Jeram juga kegiatan alam terbuka
lainnya, dan meluncurkan Web Site http://www.faji.org.
Sumber : www.trustcojateng.org
Untuk mendapatkan informasi produk-produk training kami
Gg. Salak , Muntal, Gunungpati
Kota Semarang, Jawa Tengah
Telp. (024) 7691 7578
HP. 085640-750440 Solikin
HP. 085640-398242 Suratman
EmoticonEmoticon