Jumat, 27 Mei 2016

Menang Tanpa Merendahkan


Telp. (024) 7691 7578 / HP. 085640-750440 Solikin / HP. 085640-398242 Suratman

Dalam hidup, sebenarnya semua berjalan dengan keseimbangan. Dalam pemahaman Tiongkok, ada yin, ada yang. Dalam keseharian kita pun, selalu ada siang, yang kemudian juga berubah jadi malam. Bahkan, dalam literatur agama, seorang sahabat saya yang beragama Islam menyebutkan adanya ayat yang menerangkan bahwa semua yang ada di alam diciptakan berpasang-pasangan. Ada gelap, ada terang. Ada hidup, ada pula mati. Begitu seterusnya. Kita pun mengenal gagal sebagai pasangan sukses. Ada kalanya pula kita berada di atas, atau tak jarang berada di bawah.

Bicara tentang menang dan kalah, saya jadi teringat tentang satu ungkapan Jawa yang sering saya dengar saat kecil dulu, yakni menang tanpa ngasorake. Dalam bahasa Indonesia, arti harfiahnya adalah menang tanpa merendahkan. Sebagaimana sifat anak kecil, dulu saya juga suka berkompetisi dengan kawan sepermainan. Kadang, saat menang, dengan kejahilan khas kanak-kanak, kita sering kali mengejek dan mempermalukan kawan yang kalah. Begitu pula sebaliknya. Kami sendiri menganggap itu semua hanya bagian dari permainan. Ada semacampunishment karena kekalahan. Tetapi tentu, dunia anak-anak sangat berbeda saat kita menginjak usia remaja dan dewasa.

Saat remaja dan dewasa, saya berlatih kungfu. Dalam latihan, acap kali saya harus berlatih tanding dengan berbagai jenis lawan. Saat itu, tak ada lagi sorakan ejekan bagi lawan yang kalah. Saya—dan kami semua—diajarkan untuk menghargai yang kalah. Dengan cara itu, kemenangan ternyata jauh lebih berarti. Karena bukannya bangga berlebih yang didapat, tapi justru rasa mengayomi yang kalah yang lebih membuat kami jadi seperti keluarga besar yang saling mengasihi. Ternyata, rasanya lebih “kaya” dan menentramkan hati.

Rasa tersebut semakin kuat saat saya harus berjuang mengubah nasib di Jakarta. Saat di mana saya justru mengalami lebih banyak ujian kehidupan, banyak “tangan-tangan” yang membantu saya. Sahabat, mentor, dan juga atasan saya, menjadi bagian yang semakin menegaskan, bahwa kemenangan yang tanpa merendahkan akan memberi lebih banyak kebaikan. Di sini, konsep “menang-kalah” melebur jadi satu kekuatan saling menyelaraskan, sehingga saya makin banyak belajar tentang kehidupan.

Dalam berbagai pertandingan—terutama bulutangkis, sebagai hobi saya—seusai pertandingan, dua kubu kompetitor yang sebelumnya sangat seru bertanding, selalu bersalaman. Yang menang men-support yang kalah, sebaliknya yang kalah pun memberi selamat. Dengan kondisi tersebut, pihak yang menang tak akan terjatuh dalam “lubang” kesombongan. Sedangkan yang kalah pun tak akan terpuruk dalam kesedihan mendalam.

Begitulah, bagi saya konsep “menang tanpa merendahkan” punya makna mendalam. Menang tanpa merendahkan, atau kalah tanpa merasa rendah, menjadi sebuah bagian keseimbangan yang menjaga langkah dalam kehidupan. Predikat "menang" dan "kalah", hanya sebutan. Yang jauh lebih penting adalah proses di mana kita berjuang, bekerja, mengeluarkan segenap kekuatan untuk terus maju dan berkarya. Dengan keyakinan itu, setiap karya akan selalu punya makna dan setiap orang akan berada dalam harmonisasi kehidupan. Luar biasa!!!
Sumber : www.andriewongso.com


Untuk mendapatkan informasi produk-produk training  kami
Gg. Salak , Muntal, Gunungpati
Kota Semarang, Jawa Tengah
Telp. (024) 7691 7578
HP. 085640-750440 Solikin
HP. 085640-398242 Suratman


EmoticonEmoticon